SuaraSumsel.id - Selamat datang di era mobil listrik! Salah satu impian terbesar para pemiliknya adalah mengucapkan selamat tinggal pada antrean panjang di SPBU dan fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM).
Namun, mimpi itu melahirkan sebuah pertanyaan baru yang sangat krusial: "Kalau 'mengisi bensin' di SPBU sudah jadi masa lalu, 'mengisi listrik' yang paling hemat itu di mana?"
Dua opsi utama terbentang di depan mata: mengisi daya dengan nyaman di rumah sendiri atau menggunakan fasilitas publik super cepat di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Keduanya menawarkan kelebihan masing-masing, tapi jika kita bicara soal investasi dan biaya operasional jangka panjang, mana yang akan membuat dompet Anda tersenyum paling lebar? Mari kita bedah tuntas duel biaya ini.
Ini adalah skenario ideal dan alasan utama banyak orang beralih ke mobil listrik. Anda pulang kerja, colokkan charger, dan biarkan mobil "terisi" semalaman saat Anda tidur.
Bagaimana Cara Menghitung Biayanya?
Rumusnya sangat sederhana:
Kapasitas Baterai (kWh) x Tarif Listrik per kWh
Saat ini, tarif listrik PLN untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 2.200 VA ke atas (yang umumnya diperlukan untuk home charging) adalah sekitar Rp 1.700 per kWh.
Mari kita ambil contoh mobil listrik populer, Wuling Air ev Long Range, yang memiliki baterai berkapasitas 26,7 kWh.
Baca Juga: Lebih Hemat Mana? Ini Perbandingan Biaya Perawatan Mobil Listrik vs Bensin
Perhitungan Biaya: 26,7 kWh x Rp 1.700/kWh = Rp 45.390
Jadi, untuk mengisi daya dari 0% hingga 100%, Anda hanya perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp 45.000.
Dengan biaya ini, Anda bisa menempuh jarak hingga 300 km. Sangat murah!
Namun, Ada Biaya Awal:
Perlu diingat, ada investasi awal untuk pemasangan home charger (Wallbox). Biayanya bervariasi, mulai dari Rp 15 juta hingga Rp 25 juta, tergantung merek dan spesifikasi.
Seringkali, biaya ini sudah termasuk dalam paket pembelian mobil. Anggap ini sebagai "biaya pembangunan pom bensin pribadi Anda".
Sang Penyelamat di Perjalanan: Mengisi Daya di SPKLU
SPKLU adalah jawaban untuk perjalanan jarak jauh atau saat Anda butuh pengisian daya cepat di tengah aktivitas.
Keunggulan utamanya adalah kecepatan. Jika di rumah butuh 7-8 jam, di SPKLU berteknologi DC Fast Charging,
Anda bisa mengisi daya dari 20% ke 80% hanya dalam 30-45 menit.
Berapa Biayanya?
Kecepatan ini datang dengan harga yang lebih tinggi. Tarif di SPKLU milik PLN saat ini adalah sekitar Rp 2.500 per kWh.
Mari kita gunakan mobil yang sama, Wuling Air ev (26,7 kWh).
Perhitungan Biaya: 26,7 kWh x Rp 2.500/kWh = Rp 66.750
Terlihat selisihnya? Untuk pengisian yang sama, biaya di SPKLU hampir 50% lebih mahal dibandingkan di rumah.
Jadi, Hemat Mana Jangka Panjang?
Jawabannya, dengan selisih yang sangat signifikan, adalah: mengisi daya di rumah adalah strategi paling hemat untuk penggunaan jangka panjang.
Mari kita rangkum dalam perbandingan langsung:
Mengisi Daya di Rumah, yakni biaya per kWh jauh lebih rendah, menekan biaya operasional harian secara drastis.
Selain itu, juga sangat praktis yakni menjadi bagian dari rutinitas harian, seperti mengisi daya ponsel. Tidak perlu pergi ke mana-mana.
Namun membutuhkan waktu semalaman untuk pengisian penuh.
Pada biaya awal yakni membutuhkan investasi untuk pemasangan home charger.
Sedangkan mengisi daya di SPKLU akan lebih super cepat dengan menghemat waktu berharga, terutama saat bepergian jauh.
Sementara lokasi strategis yakni semakin banyak tersedia di mal, rest area, dan kantor yang jauh dari lebih mahal, yakni biaya per kWh hampir dua kali lipat dari tarif rumahan.
Pola penggunaan paling cerdas dan hemat bagi pemilik mobil listrik adalah mengadopsi strategi hybrid.
Jadikan pengisian daya di rumah sebagai sumber energi utama untuk 90% kebutuhan harian Anda.
Gunakan SPKLU sebagai solusi saat melakukan perjalanan ke luar kota atau dalam keadaan darurat yang membutuhkan pengisian cepat.
Dengan memaksimalkan pengisian daya di rumah, Anda benar-benar bisa merasakan keuntungan finansial dari memiliki mobil listrik.
Investasi awal untuk home charger akan terasa sepadan dan cepat kembali modalnya berkat penghematan biaya operasional harian yang luar biasa.
Bagaimana dengan pengalaman Anda?
Apakah biaya cas di rumah benar-benar membuat perbedaan besar dalam pengeluaran bulanan Anda?
Bagikan cerita Anda di kolom komentar!
Tag
Berita Terkait
-
Lebih Hemat Mana? Ini Perbandingan Biaya Perawatan Mobil Listrik vs Bensin
-
Makin Mudah! Ini 7 Titik Pengisian Mobil Listrik di Tol Sumatera Selatan 2025
-
Biar Tahan 10 Tahun, Ini 6 Cara Merawat Baterai Mobil Listrik yang Benar
-
Abu-Abu, Biru atau Hijau Zaitun? Ini Prediksi Warna Mobil Terfavorit Tahun 2025
-
Motor Listrik Subsidi vs Bensin Bekas: Ini Jawaban Hematnya di Tahun 2025
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Bupati Sleman Akui Pahit, Sakit, Malu Usai Diskominfo Digeledah Kejati DIY Terkait Korupsi Internet
- Pemain Keturunan Purwokerto Tiba di Indonesia, Diproses Naturalisasi?
Pilihan
-
8 Rekomendasi HP Murah Anti Air dan Debu, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Fenomena Rojali dan Rohana Justru Sinyal Positif untuk Ekonomi Indonesia
-
5 Rekomendasi HP 5G Xiaomi di Bawah Rp 4 Juta, Harga Murah Spek Melimpah
-
Kisah Unik Reinkarnasi di Novel Life and Death are Wearing Me Out
-
10 Model Gelang Emas 24 Karat yang Cocok untuk Pergelangan Tangan Gemuk
Terkini
-
7 Cara Ampuh Menghilangkan Bau dan Lembap di Kulkas Secara Alami
-
Anti Belang & Kusam! 5 Sunscreen Juara untuk Wanita Hobi Lari Agar Wajah Tetap Kinclong
-
Selamat Tinggal Samba? Ini Alasan Gen Z Beralih ke Adidas Campus 00s & Forum Low
-
Pelestari Tunggu Tubang, Penjaga Adat dan Harapan Pangan Berkelanjutan di Sumatera Selatan
-
5 Rekomendasi Sepatu HOKA Terbaik untuk Remaja Putri: Nyaman dan Gaya untuk Tiap Aktivitas