Scroll untuk membaca artikel
Bella
Minggu, 06 Juli 2025 | 12:06 WIB
Iustrasi investasi (Ist)

SuaraSumsel.id - Minat masyarakat terhadap investasi terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda.

Akses yang semakin mudah melalui aplikasi digital, serta banyaknya informasi finansial di media sosial, mendorong semakin banyak pemula terjun ke dunia investasi.

Namun, di balik semangat tersebut, tidak sedikit investor pemula yang melakukan kesalahan mendasar.

investasi reksadana

Hal ini bukan hanya menghambat pertumbuhan aset, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.

Baca Juga: Trik Investasi ala Milenial, Mulai dari Rp10 Ribu Bisa Punya Aset Digital!

Berikut adalah 5 kesalahan umum dalam investasi yang sering dilakukan pemula, lengkap dengan cara cerdas untuk menghindarinya.

1. Investasi Tanpa Tujuan yang Jelas

Banyak pemula langsung membeli produk investasi karena ikut-ikutan atau tergiur cuan cepat, tanpa tahu tujuan finansial jangka pendek atau panjang.

Solusi:
Tentukan dulu tujuanmu apakah untuk dana darurat, liburan, pensiun, atau pendidikan anak. Tujuan ini akan menentukan jenis instrumen investasi yang tepat, apakah reksadana pasar uang, saham, emas, atau obligasi.

2. Tidak Paham Risiko Produk Investasi

Baca Juga: Gaji UMR Gak Halangi Mimpi, Ini 7 Cara Atur Duit Biar Tetap Produktif

Banyak investor baru tergoda janji imbal hasil tinggi tanpa memahami bahwa return besar selalu datang dengan risiko besar.

Akibatnya, saat pasar anjlok, mereka panik dan menjual asetnya di harga rugi.

Solusi:
Pelajari profil risiko kamu. Jika kamu tidak nyaman dengan fluktuasi tajam, pilih produk dengan risiko rendah seperti reksadana pasar uang atau emas digital.

Gunakan fitur simulasi dan quiz risiko yang tersedia di aplikasi investasi seperti Bibit, Bareksa, atau Pluang.

3. Overdiversifikasi atau Tidak Diversifikasi Sama Sekali

Ada yang hanya menaruh seluruh uangnya di satu saham atau koin kripto, ada pula yang terlalu menyebar portofolionya tanpa strategi, membuat hasilnya tidak maksimal.

Solusi:
Lakukan diversifikasi yang seimbang. Campurkan investasi di sektor berbeda (misalnya saham, emas, dan obligasi), tapi tetap terukur sesuai tujuan dan kemampuan finansial.

4. Mengikuti “Tips” dari Influencer Tanpa Riset

Banyak investor pemula mengambil keputusan berdasarkan saran dari media sosial atau forum, tanpa mengecek data fundamental dan tren pasar. Akibatnya, mereka terjebak di saham gorengan atau skema bodong.

Solusi:
Selalu lakukan riset mandiri (DYOR – Do Your Own Research). Baca laporan keuangan, ikuti berita ekonomi, dan pelajari analisa teknikal atau fundamental sebelum mengambil keputusan investasi.

5. Tidak Konsisten Menabung dan Berinvestasi

Banyak yang mulai investasi dengan semangat, tapi berhenti setelah sebulan karena merasa hasilnya lambat. Padahal, investasi adalah permainan jangka panjang.

Solusi:
Gunakan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) investasikan jumlah tetap setiap bulan secara rutin. Aktifkan fitur auto-invest atau auto-debit agar kamu tetap konsisten tanpa harus berpikir ulang tiap bulan.

Abaikan Produk yang Tidak Terdaftar di OJK

Kesalahan fatal lain yang kerap terjadi adalah berinvestasi di platform yang tidak memiliki izin resmi, sehingga rawan penipuan atau skema ponzi.

Solusi:
Pastikan platform investasi yang kamu gunakan terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memiliki transparansi legal yang jelas.

Belajar Dulu, Cuan Kemudian

Berinvestasi adalah perjalanan panjang yang memerlukan pemahaman, kesabaran, dan strategi. Pemula tidak perlu takut, asalkan tahu kesalahan apa yang harus dihindari dan terus belajar dari pengalaman.

Dengan bekal pengetahuan yang cukup dan disiplin dalam pengelolaan dana, siapa pun bisa mulai membangun portofolio yang sehat, meski dari modal kecil. Ingat, bukan soal seberapa besar kamu mulai, tapi seberapa konsisten kamu melangkah.

Load More