Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 10 April 2025 | 14:31 WIB
Lepas lebaran, pegadaian jadi harapan: warga Palembang ramai gadaikan emas untuk sekolah anak

SuaraSumsel.id - Hari itu matahari belum terlalu tinggi ketika Apriani (37) sudah berdiri di depan Kantor Pegadaian Unit Pelayanan Cabang (UPC) Demang Lebar Daun, Palembang.

Di tangannya, tergenggam erat sebuah kantong beludru kecil berwarna merah marun. Di dalamnya, sepasang anting dan cincin emas yang biasa ia kenakan saat acara keluarga.

Tapi hari ini, perhiasan itu bukan untuk dipamerkan, melainkan untuk digadaikan.

"Usai lebaran, aku ke pegadaian," katanya lirih, membuka percakapan sambil menatap antrean di depannya.

Baca Juga: Harga Emas Tinggi Dorong Warga Palembang Ramai Gadai untuk Biaya Sekolah

Bagi Apriani, Lebaran tahun ini terasa berbeda.

Kebahagiaan berkumpul bersama keluarga besar, sajian ketupat dan rendang, serta baju baru untuk anak-anak memang menjadi momen istimewa.

Namun setelahnya, realita datang mengetuk dengan cepat, yakni momen pendaftaran sekolah anaknya yang sudah di depan mata.

Sementara saldo rekening justru menyusut habis-habisan pasca hari raya.

Antrean Panjang, Cerita yang Serupa

Baca Juga: Rp10 Juta Sesuku, Harga Emas Perhiasan Palembang Cetak Rekor Usai Lebaran

Di dalam ruangan Pegadaian, puluhan orang tampak menunggu giliran.

Mayoritas adalah perempuan, sebagian datang bersama anak-anak yang masih berpakaian seragam sekolah. Di antara mereka, ada Wati (43), seorang ibu tiga anak yang datang dengan membawa kalung warisan ibunya.

"Ini bukan kali pertama saya ke sini setelah Lebaran," ujarnya.

"Tahun lalu juga begitu. Biasanya buat biaya daftar ulang anak sekolah, beli seragam, buku, dan sepatu." sambungnya.

Wati mengaku lebih memilih menggadaikan emas daripada meminjam uang ke kerabat atau lembaga pinjaman lain yang bunganya mencekik.

“Di sini prosesnya cepat dan jelas. Emas ini memang disimpan untuk saat-saat seperti ini,” tambahnya.

Menurut pihak Pegadaian, dalam dua hari pertama setelah libur Lebaran, sudah lebih dari 200 transaksi dilakukan hanya di UPC Demang Lebar Daun.

Sebagian besar berupa gadai emas perhiasan, dengan tujuan serupa: kebutuhan pendidikan anak.

Antara Logam dan Harapan

Pegadaian bukan sekadar tempat transaksi keuangan bagi mereka.

Ia menjadi ruang pertemuan antara kebutuhan dan harapan.

Di balik setiap perhiasan yang tergadai, tersimpan cerita perjuangan dan cinta orang tua terhadap masa depan anak-anak mereka.

Bagi Apriani, perhiasan bukan lagi hanya aksesoris, tapi simbol pengorbanan.

"Aku tahu, anakku mungkin belum mengerti kenapa mamanya harus bolak-balik ke Pegadaian. Tapi suatu hari nanti, aku ingin dia tahu, bahwa aku pernah menjual kilauan emas demi hidup mereka di masa depan," sambungnya.

Dia tersenyum, kali ini lebih lega. Surat gadai sudah ditangan. Dana sudah cair.

Kini ia bisa segera mendaftarkan anaknya ke sekolah impian.

harga emas tinggi dorong warga Palembang gadai emas untuk biaya sekolah

Pegadaian, Lebaran, dan Hidup yang Terus Berjalan

Bagi banyak orang, Pegadaian pasca-Lebaran ibarat dermaga sementara. Tempat bersandar untuk kembali berlayar. Setelah euforia Idul Fitri, kehidupan menuntut untuk kembali berjalan.

Ada sekolah yang harus dibayar, kebutuhan dapur yang harus dipenuhi, dan mimpi yang tetap harus diperjuangkan.

"Usai Lebaran, aku ke Pegadaian," adalah narasi yang diulang banyak orang dari tahun ke tahun.

Sebuah kalimat pernyataan sederhana yang sarat makna.

Ia bukan hanya tentang emas yang berpindah tangan, tapi juga tentang keteguhan hati, tentang cinta orang tua yang tanpa syarat, dan tentang semangat melanjutkan hidup di tengah tantangan ekonomi yang kian sulit.

Dan di ruang kecil bernama Pegadaian, menjadi kisah-kisah itu terus ditulis dalam ingatan, dalam diam, dalam antrean panjang, dalam genggaman erat sebuah kantong beludru merah.

Lalu apakah kalian juga melakukan hal yang sama usai kemeriahan lebaran ini?.

Load More