Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Sabtu, 08 Juni 2024 | 10:28 WIB
Pengolahan sampah di kota Prabumulih Sumsel

Setelah satu pekan melakukan rangkaian simulasi beberapa model teknologi, pada tanggal 28 Mei 2024, INAgri dan PrabumaGGot mengundang keterlibatan pemerintah kota Prabumulih, terutama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinas Perkim).

“Kondisi persampahan di Kota Prabumulih saat ini sedang menurun,” papar Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kota Prabumulih, Iwan Nusmareri ST.

“Untuk itu perlu upaya dan inovasi untuk meningkatkan pengelolaan sampah. Khususnya, sampah organik yang prosentasenya mencapai 50% dari timbulan sampah Kota Prabumulih.”

Sosok yang banyak membina komunitas pengelola sampah di Kota Prabumulih ini juga mengharapkan inovasi lanjutan dari produksi mokusaku.

Baca Juga: PPDB Sumsel 2024 Kacau? Jalur Zonasi Tertunda, Jalur Prestasi Diduga Direkayasa

“Selain menghasilkan cairan mokusaku, perlu juga ditingkatkan dengan produk hilir dari mokusaku dan hilirisasi arang atau bahan padatan sisa produksi mokusaku dijadikan bahan bakar biomassa yang bernilai ekonomis.”

Kepala Dinas Perkim Kota Prabumulih, Maiduty Fitriansyah mengapresiasi terobosan yang dilakukan INAgri dan PrabumaGGot dalam membantu mengatasi sampah kota Prabumulih.

Menurut ia, prabumaGGot selama telah menunjukkan konsistensi dalam mengatasi sampah organik dengan budidaya maggot BSF.

“Olah sampah perlu disesuaikan dengan kemampuan. Biarpun modal kurang, asalkan ada niat untuk terus berinovasi, pengolahan sampah akan dapat terus berjalan. Mokusaku ini buktinya,” ungkap Maiduty. “

Senior pecinta alam Sumsel yang saat ini memimpin garda terdepan penanganan sampah kota Prabumulih juga mengaku terkesan dengan teknologi sederhana yang digunakan oleh PrabumaGGot dan INAgri.

Baca Juga: 17 Kantor BPN di Sumsel Melayani Penerbitan Sertifikat Elektronik

Hanya tungku pembakaran yang dipadukan dengan penyulingan untuk mengolah sampah berupa kayu atau berbahan keras lainnya menjadi bahan bakar biomassa dan asap cair yang banyak gunanya.

“Teknologinya murah, sederhana, dan mudah ditiru siapa pun. Yang mahal dan canggih ada pada niat dan pola pikir serta konsistensi,” pungkas Maiduty.

Ado Gunonyo Galo

Triyatno Soleh, penggiat Komunitas PrabumaGGot Indonesia, mengaku tertantang berbuat lebih banyak untuk mengatasi sampah di Prabumulih.

“Komunitas kami memang dibentuk untuk tiga tujuan. Pertama, membantu pemerintah mengatasi sampah. Kedua, membantu masyarakat terutama petani dan peternak dalam hal produksi pakan dan pupuk murah berkualitas, maupun sarana produksi yang aman bagi lingkungan. Ketiga, menggerakkan ekonomi sirkular.

Saat ini komunitas pengelola sampah yang didirikan di Prabumulih ini memprioritaskan sampah organik.

Load More