SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan atau Sumsel memiliki luasan lahan basah mencapai 3 juta hektar (ha) yang berupa sungai, rawa gambut, rawa dan mangrove. Selama belasan abad menjadi bagian penting dari peradaban bahari di Nusantara.
Sayangnya luasan lahan basah tersebut makin terancam kelestariannya. Karena itu, digelar kegiatan berjudul “Kembalikan Lahan Basah Kami” dengan tema: Merayakan Hujan, Becek, dan Nyamuk.
Perwakilan Panitia Pelaksana Muhammad Salman Al-Farisy mengatakan jika lahan basah sejak dari masa pra Sriwijaya, Sriwijaya, hingga Kesultanan Palembang memiliki banyak peranan.
"Lahan basah Sungai Musi bukan hanya sebagai sarana transportasi juga sebagai sumber pangan, sandang, obat-obatan dan ekonomi. Berbagai pengetahuan dilahirkan yang tersimpan dalam sejumlah tradisi. Mulai dari teknologi perkapalan [perahu], alat tangkap ikan, pengobatan tradisional, hingga kuliner," ujarnya kepada Suara.com, Rabu (31/1/2024).
Sayangnya,, bentang alam lahan basah Sungai Musi mengalami kerusakan. Dimulai dari habisnya hutan rimba oleh aktifitas perusahaan Hak Penguasahaan Hutan (HPH), perkebunan sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI), infrastruktur seperti permukiman transmigran, jalan, dan pabrik, serta limbah dari aktifitas industri dan rumah tangga.
Selain itu, perubahan iklim global, kian memperparah kondisi lahan basah Sungai Musi. El Nino dan La Nina menjadi lebih ektsrim, sehingga lahan basah Sungai Musi mengalami kekeringan parah di saat musim kemarau dan kebakaran lahan dan hutan yang sulit diatasi serta saat musim penghujan mengalami banjir yang luas dan panjang.
"Dampaknya bukan hanya kehilangan kekayaan flora dan fauna, juga masyarakat yang menetap di sekitar lahan basah Sungai Musi terus kehilangan sumber pangan dan ekonomi," ujarnya.
Jika lahan basah Sungai Musi tidak segera pulih, maka berbagai komunitas yang hidup di sekitarnya akan tersingkirkan atau terkalahkan.
"Kami dari generasi muda yang lahir dan tumbuh dari sejumlah komunitas di lahan basah Sungai Musi tidak mau hal tersebut terjadi. Kami berharap dan berkeinginan lahan basah tersebut dikembalikan, sehingga masa depan kami jauh dari berbagai bencana alam," ujarnya.
Baca Juga: Kejati Bongkar Korupsi Dengan Kerugian Rp1,3 Triliun di Sumsel, Siapa Pelakunya?
Kegiatan yang didukung Rumah Sriksetra, Mongabay Indonesia, dan Pulitzer Center, bersamaan dengan peringatan Hari Lahan Basah Dunia.
"Berlangsung dari 2-4 Februari 2024 bertempat di Kopi Mibar, Jalan Mahameru, 16 Ulu, Palembang yang berupa kegiatan pameran foto dan diskusi, diskusi lahan basah Sungai Musi serta pemutaran film serta peluncuran buku dan pembacaan puisi Sumatera Selatan dan Sumatera Barat," ucapnya.
Berita Terkait
-
Jalan Liwa-Krui Lumpuh Total, Ada Truk Terjebak di Material Longsor
-
Kuasa Hukum Anak Usaha PTBA: Akuisisi PT SBS Bertujuan Untuk Investasi
-
Hujan Deras, Beberapa Desa di Lahat Terendam Banjir
-
Kejati Bongkar Korupsi Dengan Kerugian Rp1,3 Triliun di Sumsel, Siapa Pelakunya?
-
Kejati Sumsel Rahasiakan Perkara Korupsi yang Merugikan Negara Rp 1,3 Triliun: Tunggu Tanggal Mainnya
Terpopuler
Pilihan
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
Terkini
-
Ternyata Cuma 7 Langkah! Rahasia Ombre Lips Korea Sempurna untuk Pemula
-
Bukan Lagi di Jalan Raya, Anak Muda Sumsel Kini Punya Sirkuit untuk Adu Nyali Balap
-
Bibir Gelap atau Kering? Ini Trik Ombre Lips Korea Untukmu
-
Di Balik Riuh Festival Bidar Palembang: Tradisi yang Menyatukan dan Menghidupi
-
Mencekam di Gelora Sriwijaya Palembang! Tali Bendera Gagal Terikat, Merah Putih Nyaris Jatuh