Tasmalinda
Senin, 30 Oktober 2023 | 07:02 WIB
Executive Director JAFF, Ajish Dibyo saat menjadi pembicara road to JAFF 18 di Palembang, Sumsel

SuaraSumsel.id - Pertumbuhan dan perkembangan film-film dengan nuasa sekaligus membawa muatan kelokalan makin memperlihatkan trend positif kekinian. Setidaknya begitu juga yang diharapkan terjadi di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Hal ini yang disampaikan Executive Director JAFF, Ajish Dibyo saat roadshow yang digelar Bioskop Online dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival di Palembang akhir pekan lalu.

Produser Film Cerita Panjang Terbaik FFI 2021 ini mengungkapkan jika Kota Palembang terpilih karena makin berkembangnya kualitas dan kuantias yang dihasilkan masyarakat filmnya.

"Saya melihat antusias masyarakat film, bincang dan karya-karya yang semakin tumbuh. Sejumlah film dari sini (Palembang) juga sudah makin mendapatkan apresiasi," ucapnya kepada Suara.com, Sabtu (28/10/2023)

Baca Juga: Kunker Jokowi ke Sumsel, Jalan Tol Palindra Indralaya Ditutup 12 Jam Besok

Selain itu, JAFF sendiri memang memilih kota yang belum pernah diselenggarakan kegiatan serupa sebelumnya. Hal ini sebagai bagian mengembangkan jaringan.

"Ini ruang dalam membangun jaringan. Harus diakui, kekuatan kita ialah jaringan. Supaya bisa saling kenal, dan makin memperluas komunitas serta masyarakat filmnya," ucap Ajish.

Menurut Ajish, film Indonesia termasuk film-film yang dihasilkan dengan nuansa dan muatan kelokalan makin diterima saat ini.

Film sendiri merupakan karya dengan kebutuhan sumber daya yang besar. Selain itu, sangat penting menghasilkan produk film yang bagus dan variatif. "Dengan modal yang tidak kecil, maka perlu dukungan banyak pihak, termasuk Pemerintah dalam strategi promosi. Tahun ini sudah bagus, di Festival Bussan belum lama ini membuktikan itu (film Indonesia di kancah film Asia)," sambungnya.

Dia juga mengungkapkan film Asia makin berkembang termasuk dari Indonesia. Namun memang di Asia punya karakter tersendiri, seperti halnya Korea Selatan, Bollywood India dan Indonesia.

Baca Juga: 3.382 Personel Polri dan TNI Diturunkan Dalam Pengamanan Kunker Jokowi di Sumsel

Bedanya, jika di Korsel, kekuatan negara (Pemerintah) sangat besar membentuk budaya tersebut. Sementara di India, adanya kultur film yang sudah lebih lama terbentuk.

Di India dengan jumlah bioskop yang besar. Seperti halnya keberadaan rumah ibadah masjid di Indonesia, bioskop hadir menampilkan budaya perfilman yang masif bagi masyarakatnya.

"Di sana, bioskop seperti masjid, banyak dan mudah ditemui, itu juga membentuk karakter budaya masyarakat filmnya," ucap Ajish.

Sementara di Indonesia memang perlu didorong 'perlakukan'yang sama.

Meski kekinian, upaya tersebut terus dilakukan. "Butuh misalnya di daerah, alokasi film-film lokal, dokumenter dari APBD/APBN yang juga memadai. Mencontoh Yogyakarta yang mengalokasikan Rp2 miliar pertahun untuk hal ini. Apalagi di Yogya kulture filmnya juga sudah terbentuk lebih lama, JAFF (kami) memulainya sudah 18 tahun yang lalu. Sama awalnya, hanya berupa komunitas kecil, bahkan panitia jadi penonton juga dulunya," ujar Ajish menjelaskan.

Di Palembang sendiri punya sejarah jumlah bioskop dan masyarakat penikmat filmnya tinggi. Karena itu, kata Ajish, banyak juga contoh film lokal yang kekinian bisa menjadi project keberhasilan guna mengangkat muatan atau nuansa lokal.

"Masih ingat film uang Panai di Makasaar yang sempat ditolak XXI. Tapi saat diputar di sana (Makassar) itu film pecah, tembus 250 ribu lebih penonton dan berdasarkan skala bisnis itu sangat baik," katanya.

Selain  film Uang Panai asal Makassar juga ada di Padang punya seperti film lokal yang sama. Belum lama ini, Film Ngeri-Ngeri Sedap yang garapannya lokal sekali juga mengangkat bagaimana kehidupan dan kulture masyarakat Sumatera Utara atau Medan.

"Hal ini (keberhasilan film lokal), bisa saja nanti berpeluang di Palembang, Sumatera. Semua medium bisa menjadi peluang, yang juga membutuhkan kolaborasi menciptakan kulture," ujarnya.

Roadshow kota kedua yang digelar di Satwika Social Space, Palembang menjadi forum bagi para penggemar film, pegiat film, dan para profesional dalam industri kreatif untuk berkumpul, saling berbagi pengalaman sekaligus menjalankan perbincangan mengenai permasalahan terkini dalam dunia perfilman.

Acara ini berisikan Talkshow "Inside the Script: Crafting & Collaborating" dengan Irfan Ramli, Scriptwriter, Director, VP Creative & Development Visinema dan 2 Nominasi Penulis Skenario Adaptasi Terbaik FFI 2023.

Selain itu, Talkshow “Film Producer Hacks - Navigating Filmmaking inthe Digital Age” dengan Ajish Dibyo, (Executive Director JAFF & Producer), Pemenang Film Cerita Panjang Terbaik FFI 2021 melalui film 'Penyalin Cahaya' dan Hanna Humaira (Producer of Bioskop Online), Nominasi Film Cerita Pendek Terbaik FFI 2023 melalui film 'Payung Dara'

Digelar juga Special Screening & Discussion - Pemutaran 7 Film Pendek Kurasi Bioskop Online dan JAFF (Film “Kisah Cinta dari Barat” (2021), Film “Laut Memanggilku” (2022), Film “Lika-Liku Laki (2021), Film “Payung Dara” (2023), Film “Wong Asu” (2022), Film “Dua Pilar Satu Atap” (2021), Film “Dak Kelemak’an” (2023).

Bioskop Online juga berharap untuk membuka potensi kerja sama dengan pihak-pihak lokal untuk mengembangkan ekosistem perfilman di daerah terkait.

Rangkaian roadshow yang dihelat dalam rangka menyambut penyelenggaraan Jogja-Netpac Asian Film Festival 2023 (JAFF18) pada November ini, nantinya akan dilaksanakan di kota-kota lainnya. Setelah berlangsung di Medan dan Palembang, roadshow ini juga akan hadir di Makassar pada tanggal 12 November dan juga selanjutnya Semarang.

Community Manager Bioskop Online Theo Maulana mengatakan, Bioskop Online fokus menayangkan film Indonesia berkualitas sebagai wadah karya anak bangsa.

Ada tiga jenis film yang ditayangkan di Bioskop Online yaitu original (film ini diproduksi dan ditayangkan oleh bioskop online). Film feature (sebelumnya ditayangkan di bioskop). Selain itu, film premier (bukan produksi bioskop online tapi kolaborasi dengan PH dan penayangannya ekslusif di bioskop online.

Load More