SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan atau Sumsel menjadi salah satu provinsi yang rentan atas bencana Hidrometreologi atau fenomena alam yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.
Hal tersebut diungkapkan Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Provinsi Sumsel, Nelson Firdaus. Bencana alam Hidrometreologi merupakan fenomena atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meterologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi).
Fenomena tersebut terjadi karena cuaca dan iklim yang ekstrem. Kondisi tersebut dapat terjadi lebih intens akibat perubahan iklim dan juga erat berhubungan dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan degradasi lingkungan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sumsel mencatat pada tahun 2021 ada 18 kejadian banjir yang berdampak pada 5000 penduduk.
Baca Juga: Diiming-Iming Anak Bisa Lulus Jadi Anggota TNI, Warga Sumsel Tertipu Rp180 Juta oleh TNI Gadungan
"Kemudian, tanah longsor terjadi 5 kali yang berdampak pada 9 warga sekitar. Kejadian puting beliung 18 kali, berdampak pada 3.000 orang," ujarnya dalam Webbinar Memperingati Hari Metereologi Dunia ke-72 yang digelar secara daring, Kamis (24/3/2022).
Pada saat kemarau tercatat 7 kejadian dengan akumulasi hotspot ada 3500 titik berdasarkan katalog 8. Menurut Nelson, saat ini kondisi ironis bencana alam di Sumsel terjadi pada kebakaran hutan dan lahan.
"Saat ini musim hujan belum selesai dan musim kemarau belum terjadi tetapi telah muncul hotspot indikator kebakaran hutan. Kemunculan tersebut telah terpantau keberadaannya," lanjutnya.
Deputi Bidang Metereologi BMKG, Guswanto mengatakan kondisi yang terjadi di Sumsel saat ini karena sedang berada pada peralihan musim antara hujan ke kemarau, atau disebut pancaroba.
"Pada bulan Maret, April, Mei biasanya terjadi puting beliung, petir, hujan es, dan hujan lebat. Inilah yang biasanya disebut musim pancaroba. Kondisi tersebut yang mempengaruhi munculnya hotspot titik api pada beberapa daerah di Sumsel," paparnya.
Baca Juga: TNI Gadungan Tipu Warga Sumsel Rp180 Juta, Janjikan Anak Korban Bisa Masuk TNI Tanpa Tes
Kondisi tersebut menjadi salah satu fase dari empat kelompok siklus cuaca yang terjadi sepanjang tahun. Setelah terjadinya Pancaroba tersebut barulah siklus cuaca memasuki musim kemarau pada bulan Juni, Juli dan Agustus.
Pada musim tersebut kerap terjadi becana alam kering seperti kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta gelombang tinggi.
Usai musim kemarau, pada bulan September, Oktober dan November terjadi lagi siklus peralihan dari musim kemarau ke musim hujan atau disebut juga dengan musim Pancaroba.
"Dengan bencana puting beliung, petir, hujan es, hujan lebat, disertai kilat dan petir. Kalau di musim Pancaroba itu selalu sama iramanya," lanjutnya.
Pada bulan Desember, Januari dan Februari memasuki musim hujan. Bencana yang sering terjadi pun meliputi banjir, longsor dan gelombang tinggi, atau biasa disebut dengan bencana basah.
Dari proses siklus cuaca tersebut, kata Guswanto, perlu dipahami oleh masyarakat sehingga dapat melakukan tindakan dini ketika akan memasuki musim hujan, kemarau atau peralihan dari keduanya.
"Inilah yang menjadi kunci di dalam memahami bagaimana cuaca ekstrem itu berperilaku sehingga kita bisa memberikan mitigasinya," tambahnya.
Dia pun menginginkan masyarakat untuk terus mengedukasi diri dan mencari informasi mengenai kondisi cuaca ekstrem sehingga bisa mengantisipasi dalam mengurangi resiko dari becana alam.
"Peningkatan pemahaman terhadap kondisi dan tantangan di wilayah kita akan menjadi sebuah kesiapsiagaan dalam mengurangi aksi resiko atas bencana," pungkasnya.
Reporter: Melati Putri Arsika
Berita Terkait
-
Demi Konten Ekstrem, 5 Fakta Aksi Berbahaya Bule Rusia Naiki KA Batu Bara
-
Drama di Hari Bahagia: Bus Pengantin Terperosok, Mempelai Wanita Histeris di Jalan
-
Turis Rusia Nekat! Aksi Gila Naik Kereta Batu Bara Babaranjang Viral!
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
Bencana Hidrometeorologi Mengintai Yogyakarta, Status Siaga Diperpanjang!
Terpopuler
- Jerman Grup Neraka, Indonesia Gabung Kolombia, Ini Hasil Drawing Piala Dunia U-17 2025 Versi....
- Kiper Belanda Soroti Ragnar Oratmangoen Cs Pilih Timnas Indonesia: Lucu Sekali Mereka
- Innalillahi Selamat Tinggal Selamanya Djadjang Nurdjaman Sampaikan Kabar Duka dari Persib
- Jabat Tangan Erick Thohir dengan Bos Baru Shin Tae-yong, Ada Apa?
- 8 HP Samsung Siap Kantongi One UI 7 Berbasis Android 15, Langsung Update Bulan Ini!
Pilihan
-
Semua Maskapai China Stop Beli Pesawat Boeing Imbas Perang Dagang dengan AS
-
Dear Pak Prabowo! Orang RI Kini Cemas, Mau Belanja Kudu Mikir 1.000 Kali
-
Weton Rabu Pon Menurut Primbon Jawa: Karakter, Pantangan, dan Tips Menghindari Kesialan
-
Kiper Berdarah Belanda Klarifikasi Soal Patrick Kluivert: Fokus Pekerjaan Sendiri
-
Harga Emas Antam Hari Ini Melesat Hampir Tembus Rp2 Juta/Gram
Terkini
-
Momen Haru 305 Lansia Indralaya Resmi Diwisuda, Ini Kisah di Baliknya
-
Helmy Yahya Resmikan AKKSI Sumsel: Misi Bangun Palembang Dengan Konten Positif
-
Cek Link Dana Kaget 15 April 2025! Saldo Gratis Cair, Bisa Langsung Bayar Listrik!
-
Sempat Gandeng RK, Kini Herman Deru Siapkan Rp100 Miliar Bangun Pasar Cinde
-
Pembelian Emas di Palembang Dibatasi, Harga Tembus Rekor Rp10,8 Juta per Suku