SuaraSumsel.id - Amerika Serikat tampaknya ingin menjalin komunikasi yang lebih menguntungkan, guna menghindari konflik. Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara dengan Presiden China Xi Jinping guna membahas upaya menghindari persaingan yang mengarah pada konflik.
Pada Januari 2021 lalu, kedua pemimpin ini pun sudah pernah menjalin komunikasi bilateral setelah hubungan antara Washington dan Beijing berada di posisi terendah.
Sebuah pernyataan Gedung Putih menyebutkan, kedua Presiden membahas isu yang luas dan strategis.
"Diskusi isu-isu yang luas dan strategis," termasuk dalam "bidang-bidang di mana kepentingan kedua negara bertemu, dan bidang di mana kepentingan, nilai, dan perspektif kedua negara berbeda," ujarnya.
Pertemuan tingkat tinggi yang dilaksanakan sesekali sejak panggilan telepon pertama Xi dan Biden pada Februari telah menghasilkankemajuan dalam banyak persoalan, mulai dari perihal perubahan iklim, hingga hak asasi manusia, dan transparansi tentang asal-usul COVID-19.
Selama bulan-bulan berikutnya, kedua belah pihak telah menyerang satu sama lain hampir terus-menerus.
AS dan China pun sering menggunakan serangan publik yang tajam, menjatuhkan sanksi pada pejabat satu sama lain dan saling mengkritik dalam hal tidak menegakkan kewajiban internasional masing-masing.
"Presiden Biden menggarisbawahi kepentingan abadi Amerika Serikat dalam perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik dan di dunia dan kedua pemimpin membahas tanggung jawab kedua negara untuk memastikan persaingan tidak mengarah ke konflik," kata pernyataan Gedung Putih.
Pemerintahan Biden, yang disibukkan dengan penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang berlangsung kacau, telah mengisyaratkan mengakhiri perang terpanjang Amerika.
Baca Juga: Dua Tersangka Korupsi BUMD PDPDE Sumsel Ditahan di Rutan Salemba
Namun, Beijing dengan cepat memanfaatkan kegagalan AS di Afghanistan untuk mencoba menggambarkan Amerika Serikat sebagai mitra yang berubah-ubah.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi pada Agustus mengatakan jika Washington seharusnya tidak mengharapkan kerja sama Cina dalam masalah di Afghanistan atau masalah lain jika AS tidak mencoba "menahan dan menekan" Cina. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Pengamat Otomotif: Tidak Semua Pabrikan Mobil Siap Beralih ke Kendaraan Listrik
-
AS Tak Mau Buru-buru Akui Pemerintahan Baru Taliban
-
Perang di Afghanistan dan Empat Presiden Amerika Serikat
-
China akan Larang Selebriti yang Dianggap Punya Pandangan Politik Salah
-
Biden Ungkap Alasan Akhiri Perang dengan Taliban: AS Tak Lagi Punya Tujuan di Afghanistan
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
KPK Kembangkan Hasil OTT, Wakil Ketua DPRD OKU Akhirnya Jadi Tersangka Korupsi Proyek PUPR
-
Viral Rocky Gerung Sindir Politik Saat Iwan Fals Tampil: Anak Sekecil Itu Disuruh Jadi Wapres
-
Sempat Bersikeras Pertahankan Aset, Kini Sandra Dewi Ikhlas 88 Tas Mewahnya Disita Negara
-
Cek Tanggal Pencairan BLT Rp900 Ribu di Bank Himbara vs Kantor Pos: Mana yang Lebih Cepat?