Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 30 Maret 2021 | 16:39 WIB
Rektor Unsri, Anis Saggaff [Fitria/suara.com] Setahun Pandemi, Fakultas Kedokteran Unsri Juga Kembangkan Pendeteksi Virus

SuaraSumsel.id - Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung setahun terakhir, juga mendorong Univesitas Sriwijaya (Unsri) melakukan penelitian.

Jika Universitas Gajah Mada (UGM) mengembangkan Ge-Nose, maka Unsri juga mengembangkan juga meneliti alat pendeteksi virus. Alat pendeteksi yakni mendeteksi virus melalui air liur saja, atau Saliva.

Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri) Anis Saggaff mengatakan Fakultas kedokteran tengah mengembangkan alat pendeteksi virus covid-19.

“Penelitian ini masih terus digiatkan, dilakukan oleh dr. Zulkarnain bersama mahasiswa kedokteran Fakultas Kedokteran,”katanya saat ditemui saat peresmian insrastuktur di Palembang, Selasa (30/3/2021).

Baca Juga: "Pedas" Jelang Ramadan, Harga Cabai di Sumsel Tembus Rp 150.000/Kg

Dijelaskan Anis, selama ini, upaya pendeteksi virus dilakukan dengan menusuk bagian hidung dan kerongkongan dengan alat yang bertangkai panjang. Namun, Unsri tengah mengembangkan alat yang lebih praktis, tanpa menusuk bagian dalam tenggorokan dan hidung.

“Mendeteksi covid-19 di media air liur atau saliva tidak perlu ditusuk-tusuk hidungnya. Cukup diambil air liurnya kemudian diperiksa,” terang ia.

Anis mengungkapkan penelitian terkait virus memang memiliki tantangan, namun bukan mengenai biaya atau peralatan tetapi lebih kepada keamanan para peneliti.

“Yang terkendala itu, karena virus berbahaya, sehingga banyak peneliti seperti yang dilakukan oleh UGM dan ITS juga ada yang menjadi korban,” terang ia.

Karena itu, penelitian mengenai virus memang harus dilakukan penuh kehati-hatian karena peneliti berkontak langsung dengan media yang diteliti.

Baca Juga: Nama Bupati Dodi Reza Diusung di Pilgub Sumsel, Ini Target Golkar Palembang

“Kalau mengenai peralatan kita sudah lengkap, kita juga punya PCR yang baru,” terang ia.

Anis juga menyebut untuk penelitian alat yang dilakukan Unsri, telah menelan biaya mencapai Rp 200 juta. Meski mahal, ia pun tidak mempersoalkan asalkan bermanfaat bagi masyarakat.

“Itu belum rampung namun, tidak masalah jika benar bermanfaat,”pungkasnya.

Kontributor: Fitria

Load More