Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 19 Maret 2021 | 06:05 WIB
Kepala KSP Moeldoko [Suara.com/Angga Budhiyanto] Ini alasan mengapa Moeldoko yang dipilih di KLB Partai Demokrat.

SuaraSumsel.id - Sosok Moeldoko memang santer disebut sebagai calon ketua umum sebelum Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat Di Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ternyata, salah satu alasan terpilihnya Moeldoko, karena dinilai mampu menghadapi Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.

Sempat keterpilihan Moeldoko pun, menjadi tanda tanya publik di Indonesia.

Sosok Wakil Seketaris Jendral (Sekjend) Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB), Muhammad Rahmad mengungkapkan alasan penggagas memilih sosok ketua umum dengan cukup banyak pertimbangan.

Baca Juga: Pondok Pesantren di Sumsel Jadi Sub Penyalur Bahan Bakar Minyak

Pertama, karena para penggagas KLB Partai Demokrat, menilai Moeldoko merupakan Jendral Bintang 4. ”Pak Moeldoko jenderal bintang 4,” ujar Rahmad dalam video yang ditayangkan akun youtube Akbar Faizal Uncencored pada Kamis, 18 Maret 2021.

Sebagai jenderal bintang empat, Moeldoko dipandang sebagai sosok yang tepat dalam pertempuran berhadapan dengan kubu Cikeas.

”Kami pandang Pak Moeldoko mampu menghadapi Pak SBY, yang sama-sama bintang 4 walaupun hadiah,” kata Rahmad yang juga merupakan mantan Wakil Direktur Eksekutif DPP Partai Demokrat 2010-2015.

Alasan lainnya yakni, sambung Rahmad, karena muncul simpati dari para senior dan pendiri Partai Demokrat ketika Moeldoko membantu meringankan beban kader partai yang terkena musibah banjir di Kalimantan. 

Rahmad juga mengemukakan bahwa para penggagas KLB ingin mengangkat kembali elektabilitas Partai Demokrat yang semakin turun.

Baca Juga: Belajar Tatap Muka di Sumsel Bakal Digelar jika Seluruh Guru Divaksin

Para penggagas, kata Rahmat, berniat meminta Moeldoko menjadi pimpinan Demokrat setelah memiliki perhatian kepada para kader.

Podcast SBY (Youtube/Susilo Bambang Yudhoyono)

”Kita kan ingin mengangkat kembali elektabilitas Partai Demokrat yang terus merosot, maka setelah melihat beliau mau bantu kader, para senior punya gagasan bagaimana kalau Pak Moeldoko diminta pimpin Demokrat, mungkin beliau mau. Karena desakan KLB kan sebenarnya sudah lama,” ujar ia.

Lalu, lanjut Rahmad, keinginan para penggagas tersebut disampaikan pada Moeldoko pada sekitar Oktober 2020.

Moeldoko disebut sempat menolak namun kemudian mengiyakan setelah dituduh oleh SBY sebagai dalang kudeta. ”Waktu itu Pak Moeldoko menolak. Beliau baru benar-benar bersedia pada tanggal 4 Maret lalu," tutur Rahmad.

"Itu pun setelah ditantang Pak SBY. Maksudnya dituduh sebagai otak di balik kudeta dan diberitakan secara masif. Bahkan Pak SBY mengatakan menyesal pernah mengangkat beliau, itu kan menyakitkan,” ungkapnya.

Load More