Sedangkan, Sang Nahkoda yang merupakan warga negara asing tetap duduk, mencengkeram kemudi dengan erat. Ia bertekad menavigasi meski badai semakin kuat menerpa hingga akhirnya usaha itu gagal dan mereka terhempas di tengah lautan.
Bayangan kampung halaman datang seketika bersama badai yang mengombang-ambingkan kapal dan tubuhnya.
Saat itu, kenang Musir, peralatan navigasi belum secanggih saat ini.
Melaut hanya mengandalkan nyali dan pengetahuan falak yakni ilmu perbintangan yang dia peroleh dari sekolah rakyat warisan Belanda.
Berbulan-bulan, mereka terombang-ambing di lautan. Bahkan saat pembekalan mulai habis, mereka sempat memakan yang hanya terdapat di laut, yakni ikan mentah dan menadah air hujan untuk minum agar terhindar dari dehidari di lautan.
Pagi itu, kenang Musir setelah semalaman dihempas badai, langit hitam tampak hilang.
Mereka tidak menyadari ke mana kapal kayu berlabuh hingga sekitar pukul 10.00 pagi, sebuah kapal asing mendekati mereka.
"Orang-orang berkulit putih tinggi besar menghardik mereka," kenang ia.
Pertemuan ini pun meninggalkan kesan dan bahasa yang menjadi kendala antar kelompok ini.
Baca Juga: Sumsel Didorong Kembangkan Potensi Wisata Religi, Ini Alasannya
"Tak satupun dari kami memahami makian atau pujian yang disampaikan orang berkulit putih, berseragam dengan senjata lengkap itu. Apalagi saya hanya pemuda dusun tamatan sekolah rakyat," akunya.
Musir mengenang saat itu. Mereka sempat di tahan selama dua minggu di daratan yang dia tidak mengetahui nama tempatnya dan hingga akhirnya di datangi tentara Indonesia dan barulah mereka dipulangkan.
Sempat ke Ikan ke Pasar 16 Palembang, namun bisa pulang
Meski sempat tersesat hingga pertabatasan Australia, nyali pelaut Musir tak pernah surut.
Setahun setelah kejadian itu ia kembali mencari kapal nelayan untuk berpetualang. “Kalau ikut kapal nelayan, sudah tidak mau kapal luar negeri. Cari kapal punya orang Indonesia saja biar lebih aman” ujarnya.
Akhirnya ia menemukan kapal tempat bekerja saat itu. Kapalnya cukup besar dengan rute melaut dari Selat Bangka menuju Natuna Kepulauan Riau.
Berita Terkait
-
Lagi! Viral Bocah SD Cari Pacar di Facebook, Publik Ramai Soroti Hal Ini
-
Oknum Tukang Servis HP Bongkar File Pelanggan, Cari Foto dan Video Bugil
-
Transaksi Satwa Dilindungi Kerap Dilakukan Lewat Media Sosial Facebook
-
Haru! Meski Terjatuh di Lumpur Demi Mengajar, Guru Ini Tetap Tersenyum
-
Diblokir FB, Cyber TV Haikal Hassan Akan Tayangkan ILC Soal PR Kapolri
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Telkomsel Percepat Transformasi UKM Sumsel Lewat AI di Program DCE ke 5
-
PDIP Sumsel Ganti Ketua DPD, Giri Ramanda Kiemas Digantikan Devi Suhartoni
-
Kadiskominfo Ogan Ilir Dipolisikan, Diduga Tendang Bawahan Perempuan
-
16 Elang Dilindungi Diperdagangkan, Ahli Ungkap Dampak yang Mengancam Alam
-
7 Air Terjun Tersembunyi di Pagaralam untuk Liburan Tenang Tanpa Keramaian