Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 31 Januari 2021 | 19:44 WIB
Musir (40) berkopiah hitam saat menghadiri pernikahan penokannya [istimewa] Musir, pelaut OKI selama 46 tahun merantau akhirnya berjumpa keluarga karena facebook.

Sedangkan, Sang Nahkoda yang merupakan warga negara asing tetap duduk, mencengkeram kemudi dengan erat. Ia bertekad menavigasi meski badai semakin kuat menerpa hingga akhirnya usaha itu gagal dan mereka terhempas di tengah lautan.

Bayangan kampung halaman datang seketika bersama badai yang mengombang-ambingkan kapal dan tubuhnya.

Saat itu, kenang Musir, peralatan navigasi belum secanggih saat ini.

Melaut hanya mengandalkan nyali dan pengetahuan falak yakni ilmu perbintangan yang dia peroleh dari sekolah rakyat warisan Belanda.

Baca Juga: Sumsel Didorong Kembangkan Potensi Wisata Religi, Ini Alasannya

Berbulan-bulan, mereka terombang-ambing di lautan. Bahkan saat pembekalan mulai habis, mereka sempat memakan yang hanya terdapat di laut, yakni ikan mentah dan menadah air hujan untuk minum agar terhindar dari dehidari di lautan.

Pagi itu, kenang Musir setelah semalaman dihempas badai, langit hitam tampak hilang.

Mereka tidak menyadari ke mana kapal kayu berlabuh hingga sekitar pukul 10.00 pagi, sebuah kapal asing mendekati mereka.

"Orang-orang berkulit putih tinggi besar menghardik mereka," kenang ia.

Pertemuan ini pun meninggalkan kesan dan bahasa yang menjadi kendala antar kelompok ini.

Baca Juga: Palembang Dilanda Hujan, Ini Daerah Sumsel Diprakirakan Diguyur Hujan

"Tak satupun dari kami memahami makian atau pujian yang disampaikan orang berkulit putih, berseragam dengan senjata lengkap itu. Apalagi saya hanya pemuda dusun tamatan sekolah rakyat," akunya.

Musir mengenang saat itu. Mereka sempat di tahan selama dua minggu di daratan yang dia tidak mengetahui nama tempatnya dan hingga akhirnya di datangi tentara Indonesia dan barulah mereka dipulangkan.

Sempat ke Ikan ke Pasar 16 Palembang, namun bisa pulang

Meski sempat tersesat hingga pertabatasan Australia, nyali pelaut Musir tak pernah surut.

Setahun setelah kejadian itu ia kembali mencari kapal nelayan untuk berpetualang. “Kalau ikut kapal nelayan, sudah tidak mau kapal luar negeri. Cari kapal punya orang Indonesia saja biar lebih aman” ujarnya.

Akhirnya ia menemukan kapal tempat bekerja saat itu. Kapalnya cukup besar dengan rute melaut dari Selat Bangka menuju Natuna Kepulauan Riau.

Load More