Scroll untuk membaca artikel
Iwan Supriyatna | Muhammad Yasir
Rabu, 06 Januari 2021 | 12:32 WIB
Seorang perajin tempe mendinginkan kedelai impor. (Antara/Ari Bowo)

SuaraSumsel.id - Importir kedelai yang kedapatan mencoba menimbun dan menaikan harga akan ditindak Satgas Pangan Bareskrim Polri. Terlebih jika hal itu terbukti telah menyebabkan kelangkaan terhadap bahan baku tempe dan tahu tersebut.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan, hal itu untuk merespons kelangkaan kedelai di pasar.

"Polri merespon kelangkaan kedelai di pasar terutama importir, apabila di temukan ada dugaan pidana maka Satgas Pangan akan melakukan penegakan hukum," kata Argo kepada wartawan, Rabu (6/1/2021).

Menurut Argo, Satgas Pangan Bareskrim Polri juga telah melakukan pengecekan ke beberapa gudang importir kedelai pada Selasa (5/1) kemarin. Seperti gudang milik PT Segitiga Agro Mandiri di Bekasi, Jawa Barat.

Baca Juga: Harga Kedelai Mahal, Produsen di Klaten Kurangi Berat Tempe Hingga 40 Gram

Dari hasil pengecekan ditemukan bahwa perusahaan itu bergerak di bidang impor kedelai ex Amerika dengan kapasitas antara 6.000 hingga 7.000 ton per bulan.

"Bahwa kedelai import tersebut selain diperuntukan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kwalitas II juga dipergunakan untuk proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainya," ungkap Argo.

Selian itu, PT Segitiga Agro Mandiri juga diketahui sebagai pihak yang mendistribusikan kedelai ke UMKM industri tahu dan tempe di wilayah Jabodetabek dan Bandung, Jawa Barat. Rata-rata mereka mendistribusikan kedelai sebanyak 250-300 ton per hari dengan stok tersisa saat ini sebanyak 2.500 ton.

Adapun, Argo mengemukakan bahwa kedelai tersebut disalurkan oleh PT Segitiga Agro Mandiri melalui distributor dengan harga Rp 8.600 per kilogram. Terjadi kenaikan sekitar Rp 1.000 per kilogramnya sejak pertengahan bulan Desember 2020.

"Dari staf perusahaan tersebut kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya Rp 6.800 menjadi Rp 8.300 juga disebabkan dikarenakan sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020 kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang. Sehingga, menggunakan angkutan tujuan singapore dan sering terjadinya delay," bebernya.

Baca Juga: Nasib Pengrajin Tahu Tempe Kian Miris, Kopti Usul Pengajuan Subsidi Kedelai

Selanjutnya, Satags Pangan Bareskrim Polri juga telah melakukan pengecekan ke PT. FKS Mitra Agro di Pasar Kemis Pasir Jaya, Cikupa, Tangerang. Dari pemeriksaan diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2020 kedelai masuk sebanyak 533,29 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 79 ton. Sedangkan sisa stok per 31 Desember 2020 sebanyak 474,29 ton.

"Bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. Sisa stok per tanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," papar Argo.

Selain melakukan pengecekan terhadap dua perusahaan tersebut, Satgas Pangan Bareskrim Polri juga melakukan pengecekan ke PT Sungai Budi di Daan Mogot, Kota Tangerang, Banten.

Berdasar hasil pengecekan diketahui, pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 400 ton. Kemudian, sebanyak 300 ton sudah dipastikan siap untuk didistribusikan ke konsumen dengan sisa stok per 5 Januari 2021 sebanyak 100 ton.

Load More