Scroll untuk membaca artikel
Farah Nabilla | Fitri Asta Pramesti
Selasa, 15 Desember 2020 | 15:02 WIB
Gus Mus [Jepretan instagram S.kangkung]

SuaraSumsel.id - Ienas Tsuroiya meradang. Ia menyayangkan tindakan oknum yang menyalahgunakan puisi karya ayahnya, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus dengan mengaitkannya dengan kampanye melawan Front Pembela Islam (FPI).

Ienas mengatakan bahwa pencatutan karya Gus Mus tanpa izin oleh oknum tersebut telah meresahkannya beberapa tahun belakangan.

Diketahui, suara Gus Mus saat membacakan puisinya yang berjudul "Allahu Akbar" diedit dan diselipkan ke dalam rekaman video FPI. Hal ini membuat Ienas merada.

Terbaru, pihak pembuat video editan yang menyertakan puisi Gus Mus melayangkan permintaan maaf. Hal ini diketahui dari cuitan Ienas di Twitter.

Baca Juga: Rekonstruksi Penembakan Laskar FPI Dikritik, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

Ienas mengunggah tangkapan layar dari Instagram story akun moderat.indonesia yang berisi permintaan maaf terkait editan video.

"Kami meminta maaf atas penggunaan puisi Gus Mus tanpa izin, makan dengan ini postingan tersebut telah kami hapus. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan beberapa pihak dalam hal ini," tulis @moderat.indonesia, dikutip pada Selasa (15/12/2020).

Cuitan Ienas Tsuroiya soal perintaan maaf pembuat video yang catut Gus Mus. (Twitter/tsuroiya)

Mengomentari unggahan moderat.indonesia, Ienas menyebut permintaan maaf sudah terlambat, mengingat video tersebut telah beredar luas.

"Pembuat video editan puisi Abah sudah menghapus postingan sekaligus meminta maaf," cuit Ienas pada Senin (14/12).

"Sayangnya, sudah terlambat. Terlanjur beredar luas di berbagai kanal medsos. Hampir mustahil untuk menghentikannya," sambungnya.

Baca Juga: Merasa yang Diincar Cuma Ulama, Ketum FPI Minta Polisi Bersikap Adil

Dalam unggahan sebelumnya, Ienas juga menyentil para pihak pencatut yang menggunakan nama ayahnya dalam kampanye untuk melawan FPI, secara khusus ia menyebut para pendukung fanatik Presiden Joko Widodo dan buzzer.

"Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yg baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Setidaknya sudah tiga tahunan ini kami dibuat repot gara-gara ulah kalian. Stop it!" kicaunya, dikutip dari SuaraJogja.id.

Ia juga mencuitkan soal penjelasan terkait maksud dari puisi Gus Mus. Menurutnya, puisi yang ditulis pada 2005 itu bersifat universal dan tidak digunakan untuk menyerang kelompok mana pun.

"Seperti banyak puisi Abah yang lain, intinya mengajak introspeksi. Dakwah secara halus. Kalau menggabungkan suara beliau dengan video demo FPI, itu namanya mengadu-domba," tegas Ienas.

Masih di utas yang sama, Ienas menambahkan, adanya peringatan untuk pendukung fanatik Jokowi itu bukan berarti Ienas mendukung FPI.

Istri Ulil Abshar Abdalla ini bahkan mengaku sebagai salah satu warga yang ikut dibuat resah oleh aksi FPI, yang menurutnya sering diwarnai kekerasan meskipun dengan dalih "nahi mungkar".

"Menurut keyakinan saya, nahi mungkar (memerangi kemaksiatan) itu harus dilakukan secara makruf, alias dengan cara yang baik, berlandaskan kasih sayang. Bukan berdasar benci, apalagi dengan kekerasan," tulisnya.

Load More