SuaraSumsel.id - Peristiwa G30S/PKI terus menjadi pembicaraan sampai dengan saat ini. Berbagai literasi berusaha dikumpulkan guna menyusun kembali ingatan, fakta dan berbagai hal mengenai tragedi kemanusian tersebut.
Setiap bulan September, isu ini terus diperbincangkan. Berbagai pihak menyatakan pandangan dan sikap mereka atas tragedi ini.
Beberapa literasi jejak Partai Komunis Indonesia (PKI) di Palembang yang berhasil dikumpulkan oleh pustwakan sekaligus pengelola Apotik Buku Bibliotek.
Dalam buku Catatan Tiga Zaman dari Bilik Terali Penjara Rezim Tirani Soeharto, Penulis Muchtar Effendy, Unsri Press, 2002 pada bab Orde Baru diawali jika Muchtar kedatangan Tjek Yi, yang merupakan Seketaris Nadhatul Ulama (NU) Sumatera Selatan membawa kabar siaran radio mengenai Dewan Revolusi.
Dalam siaran radio itu dikabarkan jika Presiden Soekarno telah diselamatkan dari Dewan Revolusi yang diketahui Letkol Kolonel Untung.
Pada tanggal 3 Oktober 1965 di Palembang diketahui terjadi gerakan massa ingin membubaran PKI karena dianggap (dicurigai) sebagai dalang dari peristiwa berdarah G30/SPKI.
Terdapat massa yang mencoret-coret dinding bangunan kota Palembang guna membubarkan PKI, termasuk seluruh organisasi pendukung (sayap)nya.
Terjadi penangkapan besar-besaran terhadap masyarakat yang dicurigai PKI di Palembang. Hingga dalam buku tersebut ditulis, Sungai Musi banyak mayat terapung.
“Sebagai seorang muslim, hatiku tergoncang melihat kenyataan ini. Karena dalam agama yang ku anut, tidak diperkenankan membunuh tanpa melakukan proses peradilan. Dalam islam juga diajarkan untuk mengurus mayat, bukan membuangnya ke Sungai Musi,” tulis Mucthar dalam buku tersebut.
Baca Juga: Setelah Jembatan Penghubung Pulau, Sumsel Target Pelabuhan Tanjung Carat
Dalam sub bab ditulis Mucthar pun dipenjara karena disangka PKI. Dia di penjara, bersama orang-orang yang disangka PKI hingga mengalami penyiksaan.
“Saya sangat malu, karena pekerjaan ini dilakukan oleh bangsaku sendiri,” tulis ia.
Pada sub bab lainnya ia menulis soal Pulau Kemarau.
Dikatakannya, terdapat pulau yang menjadi kamp konsetrasi tahanan G30SPKI.
Pulau yang berada di tengah-tengah Sungai Musi, menjadi lokasi pembunuhan massal orang-orang yang dicurigai sebagai bagian dari PKI. Selama tiga tahun, tahun 1965-1967, lokasi ini padat sisa pembunuhan, baik karena mati kelaparan atau dibunuh.
Dalam buku itu, Mucthar menulis jika ia sudah dipenjara sampai akhir 1967 dengan pemeriksaan hingga beratus kali namun tidak ada petugas negara pun bisa membuktikan keterlibatannya sebagai bagian dari PKI.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Sah Dilamar! Tangis Haru Kesha Ratuliu Pecah Saat Syifa Hadju Pamer Cincin dari El Rumi
-
Pertamina Plaju Salurkan Bantuan Logistik untuk Tim Siaga Karhutla di Pemulutan
-
Bukan Cuma Filter! Ini Rahasia Edit Foto ala Kamera Analog Tahun 80 'Vibes'-nya Dapet Banget
-
Yakin Bjorka Sudah Ditangkap? 5 Kejanggalan di Balik Penangkapan 'Hacker' Lulusan SMK
-
Ashanty Murka! Balas Dituduh Merampas, Bongkar Penipuan Miliaran: Perawatan Pake Uang Saya!