Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 07 September 2020 | 16:34 WIB
Para demonstran saat menggunakan topeng bergamber muka Munir sebagai tuntutan atas pengungkapan kasusnya.

Bahkan dirinya pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unibraw pada 1998 dan  Koordinator Wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia.

Tahun 1990, setelah lulus dari Universitas Brawijaya, Munir meniti karirnya sebagai Ketua LBH Surabaya Pos Malang.

Selanjutnya ia menjabat Koordinator Divisi Perburuhan dan Divisi Hak Sipil Politik LBH Surabaya, Direktur LBH Semarang. Pada akhirnya menjabat berbagai posisi di YLBHI, termasuk jabatan terakhir sebagai Wakil Ketua Dewan Pengurus YLBHI.

Diracun

Baca Juga: Raffi Tewas Dianiaya Sekelompok Orang di Kemayoran Lama

Karena kecintaannya terhadap ilmu hukum, Munir memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Amsterdam dan melanjutkan kuliah pascasarjana di Universitas Utrecht, Belanda.

Pesawat Garuda GA-974 yang ditumpangi Munir pun lepas landas dari Jakarta, pada 06 September 2004 pukul 21.55 WIB. 

Namun dalam perjalanannya tersebut, Munir Said Thalib menghembuskan nafas terakhirnya di langit Rumania pada 07 September 2004.

Atau berjarak sekitar dua jam sebelum pesawat yang ditumpanginya mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam.

Otoritas Belanda yang memeriksa jenazahnya kemudian menemukan adanya kandungan arsenik dalam tubuh Munir.

Baca Juga: Cekcok Sengketa Tanah, Polisi Tewas Ditusuk di Empat Lawang

Setelah serangkaian persidangan dan penyelidikan dari pihak yang berwenang, pada 20 Desember 2005 pengadilan kemudian menjatuhkan vonis 14 tahun penjara kepada Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai pelaku pembunuhan terhadap Munir.

Load More