Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 07 Agustus 2020 | 15:42 WIB
Penjualan pernak pernik 17 Agustus di Palembang sepi. Bahkan seorang nenek-nenek penjual bendera mengaku hanya dapat seratusan ribu sehari. (Suara.com/Rio)

SuaraSumsel.id - Suara.com - Penjualan pernak pernik 17 Agustus di Palembang sepi. Bahkan seorang nenek-nenek penjual bendera mengaku hanya dapat seratusan ribu sehari.

Biasanya, sebelum pandemi corona dia bisa raup omzet Rp 5 juta. Omzet penjualan bendera Merah Putih tersebut merosot secara drastis.

Nenek Wati jual bendera Merah Putih di kawasan Jalan POM X Kota Palembang. Pada tahun-tahun sebelumnya ia kerap kebanjiran pembeli bendera Merah Putih jelang momen tersebut.

“Merosot karena pandemi ini. Sekarang cuma dapat ratusan ribu per hari. Biasanya pernah tembus sampai Rp 5 juta,” ujar dia pada Jumat (7/8/2020).

Baca Juga: Simpan Sabu di Tumpukan Batu Bata, Pengedar Narkoba di Bengkalis Dibekuk

Perempuan berusia 50 tahun ini mengatakan, tahun ini menjadi pengalaman paling buruk selama ia menjual bendera Merah Putih.

Karena pandemi Covid-19, omzet penjualan pun anjlok secara drastis.

“Biasanya juga ada aja pesenan. Seperti perbankan itu kerap memborong (bendera Merah Putih) untuk di pasang di gedung-gedung kantor. Yang ini (umbul-umbul) harganya Rp 45.000 dan yang kecil ini cuma Rp 5.000,” tambah dia.

Hal senada diakui Asma, penjual bendera Merah Putih ini mengakui omzet penjualannya menurun drastis di tengah pandemi Covid-19 ini.

“Saya mulai jualan dari 1 Agustus 2020 lalu. Jualan ini sampai momen kemerdekaan selesai. Tapi, makin ke sini, makin sepi pembelinya,” keluhnya.

Baca Juga: Polisi Tangkap Gilang Sang Predator Seks Fetish Kain Jarik di Kalteng

Dirinya menyebut bendera-bendera kain yang dijualnya itu dipesan langsung dari Bandung.

Load More