Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Selasa, 04 Agustus 2020 | 08:51 WIB
Ilustrasi hasil pemeriksaan Covid-19. (Pixabay)

SuaraSumsel.id - Penelitian genotipe virus COVID-19 di Sumatera Selatan yang dilakukan tim ahli independen bidang biomolekuler terkendala dana. Padahal, riset ini baru menyelesaikan tahap pertama dari dua tahap yang dibutuhkan.

Ketua tim penelitian, Prof. Dr. dr. Yuwono, M.Biomed mengatakan, para peneliti yang memulai penelitiannya sejak April 2020 dan menggandeng Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta saat ini kembali fokus melayani kasus COVID-19.

"Karena dana untuk tahap kedua belum ada maka riset belum dilanjutkan, jadi fokus kami baru pelayanan dulu terhadap kasus-kasus konfirmasi positif COVID-19," ujarnya, Selasa (4/8/2020).

Penelitian teknik genotipe dilakukan dengan cara mereplikasi DNA (PCR) lalu diurutkan untuk mengonfirmasi diagnosis infeksi COVID-19 (sequencing). Penelitian ini digunakan untuk melacak dan dapat menyatakan suatu tempat atau orang tertentu sebagai sumber penularan (reservoar).

Baca Juga: Periksa Tanggul Jebol, Perahu Wali Kota Gorontalo Alami Kecelakaan

Tidak hanya melacak asal usul, dari genotipe juga dapat mengetahui kemungkinan adanya perubahan susunan keseluruhan informasi genetik yang dimiliki sel atau organisme (genom) tersebut, serta dapat memperkirakan kemungkinan rancangan untuk vaksinnya.

Kepada Antara, Yuwono menuturkan, untuk tahapan PCR dan sequencing menelan dana hingga Rp2,25 miliar. Sementara, tahap PCR sudah dilaksanakan berbarengan dengan pemeriksaan swab di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang dan beberapa rumah sakit, pada tahap tersebut diambil 100 sampel yang menelan dana keseluruhan Rp750 juta.

Meski demikian, ia menuturkan, tahap sequencing yang dilakukan untuk merunut satu persatu kode genetik virus penyebab COVID-19 dari tahap PCR tidak dapat dilakukan di Sumsel. Melainkan butuh dari Lembaga Eijkman Jakarta yang menelan dana Rp1,5 Miliar.

"Nanti setelah sequencing akan keluar profil dari virusnya, apakah COVID-19 di Sumsel ini identik dengan yang ada di Indonesia atau impor dari luar negeri, itu bisa terlacak," tambah Prof Yuwono yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya bidang mikrobiologi.

Sebelumnya, tim sudah mendapatkan tawaran pembiayaan dari Kementrian Riset dan Teknologi, namun dana yang ditawarkan masih terbatas untuk menyelesaikan semua tahap. Sejauh ini baru Kota Surabaya dan Lembaga Eijkman Jakarta yang sudah menuntaskan penelitian genotipe di Indonesia, kata dia, sebab keduanya mendapatkan dukungan penuh dari berbagai kerjasama dengan pihak-pihak dari luar negeri.

Baca Juga: Geger Penemuan Mayat Tanpa Kepala di Nagori Pematang Kerasan

"Walau terbatas dana tau kami akan tetap menuntaskan penelitian ini," kata Prof. Yuwono.

Load More