Ciptakan Biodiesel B-100 Bersih, Hulu Sawit di Sumsel Harus Dibenahi

Penciptaan biodiesel sebagai bahan bakar nabati hendaknya menyelesaikan sekelumit konflik di hulu sawit.

Tasmalinda
Rabu, 30 Desember 2020 | 10:27 WIB
Ciptakan Biodiesel B-100 Bersih, Hulu Sawit di Sumsel Harus Dibenahi
Biodiesel [Shutterstock]

SuaraSumsel.id - Biodiesel yang merupakan sumber energi pencampuran nabati atau tumbuhan hendaknya mengedepankan aspek penyelesaian permasalahan di hulu sawit

Dalam menyongsong pencampuran hingga 100 persen atau murni nabati, komoditas sawit di Sumatera selatan masih menghadapi tantangan.

Penciptaan energi pengganti bahan bakar fosil ini, kata Manajer Program Perkumpulan Lingkar Hijau, Hadi Jatmiko harus juga menyelesaikan permasalahan di sektor hulu sawit.

Di Sumatera Selatan, permasalahan hulu sawit sawit sangat kompleks, seperti halnya pembukaan lahan yang terjadi di kawasan gambut, pembukaan lahan dengan pembakaran, kepatuhan moratorium sawit, hingga penyelesaian konflik-konflik lahan berkepanjangan dengan masyarakat.

Baca Juga:Positif Corona, 66 Lansia Dibawa ke RSUK Duren Sawit Pakai Bus Sekolah

"Sehingga sawit tidak hanya dimaknai sebagai produksi akhir, namun hilirnya bermasalah," katanya saat menjadi pembicara di outlook series jurnalis 2021 yang digelar AJI Palembang, Selasa (29/12/2020).

Pencampuran biodiesel, yang dikenal mulai dari pencampuran 20 persen atau dikenal B-20, B-30 sebagai pencampuran 30 persen, hingga mencapai 100 persen atau B-100, hendaknya mengedapankan no deforestasi, no-peat, dan no exploitasi (NDPE).

Tim gabungan memadamkan api di lahan sawit yang terbakar di Bunut, pelalawan, Senin (10/8/2020). [Riau Online]
Lahan sawit yang terbakar

Dengan kata lain, tanaman sawit tidak boleh menyebabkan deforestasi, tidak berada di lahan rawa gambut dan tidak melakukan ekploitasi terhadap hak-hak pekerja dan masyarakat sekitarnya.

"Jika sudah b-100 artinya nabati murni, bahan bakarnya dari sawit. Sehingga, kebutuhan produksi minyak sawit (Palm oil) akan sangat tinggi," ujar Hadi.

Dengan kebutuhan minyak sawit yang tinggi, maka tantangan produktivitas juga akan tinggi.

Baca Juga:Cekcok, Buruh Sawit di Rohil Tikam Ayah Kandung Gunakan Pisau Cutter

Setidaknya, kata Hadi, Pemerintah pernah merilis kebutuhan penciptakan B-100 nantinya membutuhkan lahan sawit seluas 14.000 juta hektar (ha) pada 2025.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini