Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 08 Juli 2025 | 18:40 WIB
emas fisik atau emas digital

Risiko peretasan akun, phishing, atau bahkan kegagalan platform adalah ancaman yang harus diwaspadai.

Namun, platform legal yang diawasi OJK atau Bappebti biasanya memiliki kustodian pihak ketiga yang menjamin keamanan aset, memindahkan risiko penyimpanan dari individu ke institusi.

3. Biaya Tersembunyi

Banyak yang mengira emas fisik bebas biaya, padahal tidak.

Baca Juga: Travel ke Luar Negeri Makin Nyaman: ATM VISA Bank Sumsel Babel Solusinya

Selain biaya SDB, ada "biaya cetak" yang sudah termasuk dalam harga jual emas batangan. Untuk perhiasan, ada biaya pembuatan yang tidak akan kembali saat dijual.

Emas digital juga punya biaya, biasanya berupa spread (selisih harga jual-beli) yang tipis dan terkadang biaya administrasi atau biaya transfer ke rekening. Penting untuk membandingkan struktur biaya di setiap platform sebelum berinvestasi.

4. Modal Awal yang Dibutuhkan

Emas digital kembali unggul. Anda bisa mulai berinvestasi emas digital dengan uang jajan, bahkan mulai dari Rp10.000.

Ini membuka pintu investasi bagi semua kalangan, terutama pelajar dan first jobber.

Baca Juga: BREAKING: Penampilan Harnojoyo Jadi Sorotan saat Ditahan Kejati Sumsel

Emas fisik, khususnya batangan, menuntut modal yang jauh lebih besar. Gramasi terkecil sekalipun, misalnya 0,5 gram atau 1 gram, harganya sudah mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, menjadi penghalang bagi investor pemula.

5. Ronde Nilai Sentimental dan Kepemilikan Nyata

Emas fisik adalah pemenang mutlak di ronde ini.

Rasa puas saat memegang emas batangan atau memakai perhiasan di tangan tidak bisa digantikan oleh angka di layar aplikasi. Emas fisik memiliki nilai warisan, seringkali menjadi simbol pencapaian atau hadiah turun-temurun.

6. Ronde Likuiditas dan Fleksibilitas

Secara teknis, emas digital lebih likuid karena bisa dicairkan menjadi uang tunai kapan saja dalam hitungan menit.

Load More