Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 06 Agustus 2024 | 07:05 WIB
Ilustrasi bawang merah. Komoditas bawang merah menyumbang deflasi di Sumsel. (unsplash/thomas martinse)

SuaraSumsel.id - Pada bulan Jul 2024, Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami deflasi sebesar 0,29% (mtm) pada Indeks Harga Konsumen (IHK). Pencapaian tersebut meningkat dibandingkan pada Juni 2024, yang mengalami deflasi 0,03 persen.

Salah satu faktor pendukungnya ialah adanya kerjasama antar daerah guna menyediakan pasokan / cadangan. Deputi Direktur M. Latif mengungkapkan jika secara tahunan, realisasi inflasi Sumsel tercatat menurun sebesar 1,87% (yoy) dari bulan sebelumnya (2,48%; yoy).

"Inflasi Provinsi Sumatera Selatan yang terkendali tidak terlepas dari upaya dan peran aktif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumsel mengendalikan inflasi melalui strategi 4K, yaitu Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif," ujarnya dalam keterangan persnya kepada Suara.com, Senin (5/8/2024).

Pencapaian indeks harga konsumen ini juga sejalan dengan inflasi nasional yang menurun menjadi sebesar 2,13% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (2,51%; yoy).

Baca Juga: Jakabaring Sport City dan BUMD Sumsel Lainnya Rugi dan Tidak Aktif

Berikut 5 (lima) komoditas utama penyumbang deflasi pada bulan Juli yakni bawang merah, cabai merah, tomat, daging ayam ras, dan ketimun dengan andil pada masing-masing komoditas sebesar -0,17%, -0,16%, -0,12%, -0,07%, -0,04% secara berturut-turut (BPS, 2024).

"Penurunan harga bawang merah, cabai merah, tomat, dan ketimun disebabkan oleh melimpahnya pasokan sejalan dengan masuknya musim panen di daerah sentra yang juga didukung dengan cuaca yang kondusif," ujarnya menjelaskan.

Sementara itu, penurunan harga daging ayam ras terus berlanjut seiring dengan turunnya harga jagung dan Day Old Chicks (DOC).

TPID Provinsi Sumatera Selatan secara aktif melaksanakan sidak pasar di berbagai daerah di Sumatera Selatan untuk memastikan ketersediaan pasokan di Sumatera Selatan.

TPID juga melaksanakan Gerakan Tanam (Gertam) Bawang Merah dan Cabai Serentak se-Sumatera Selatan untuk memastikan stok bawang merah dan cabai mencukupi.

Baca Juga: Solusi Berkelanjutan: Pakan Ikan Berbasis Maggot Mengubah Pokdakan Tunas Makmur

"Upaya ini juga diperkuat dengan Kerjasama Antar Daerah (KAD) antara Kota Palembang dan Kabupaten Kulonprogo, Jawa Tengah, guna menjamin pasokan cabai merah. Keterjangkauan harga  dan kelancaran distribusi komoditas dilakukan dengan mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai instansi dalam subsidi harga, subsidi angkutan, maupun subsidi operasional lain dalam rangka pelaksanaan pasar murah," ucapnya menjelaskan.

Pengendalian inflasi juga didukung dengan komunikasi yang efektif melalui High Level Meeting (HLM) dan rapat koordinasi rutin TPID se-Sumsel.

Sebagai langkah lanjutan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Juli 2024 mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%­­.

Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar global.

Load More