Tasmalinda
Senin, 14 Agustus 2023 | 14:55 WIB
Ilustrasi kekeringan. Kekeringan Sumsel meluas dengan kualitas udara cenderung memburuk (Pixabay)

SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan (Sumsel) tengah mengalami puncak musim kemarau pada tahun ini. Hal ini dapat diketahui dari tanda-tanda musim kemarau yang semakin terasa, seperti halnya hujan nan pendek di sejumlah daerah di Sumsel.

Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel menyebutkan, Sumsel sedang ada di fase puncak kemarau dengan kekeringan yang makin meluas. Beberapa wilayah Sumsel paling lama tidka mengalami hujan, ialah OKI yang mencapai 21-30 hari.

Sementara daerah yang tidak mendapatkan hujat dengan katagori menengah 11-20 hari terjadi pada sebagian OKI, sebagian Ogan Ilir, sebagian Lahat, sebagian kecil OKU Timur, OKU, OKU Selatan, Pagar Alam, Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Banyuasin, dan Musi Banyuasin.

“Meluasnya HTH mengindikasikan kekeringan meteorologis yang mulai terjadi di mana curah hujan telah jauh lebih rendah dibandingkan laju kehilangan air dari permukaan bumi,” katanya.

Baca Juga: PAN Sumsel Ngotot Erick Thohir Cawapres Prabowo Subianto: Cak Imin Kurang Dekat NU

“Imbauan kepada semua pihak untuk menghindari aktivitas membakar yang dapat mengancam terjadinya kebakaran baik pada perumahan, kebun, hutan, dan lahan,” katanya.

Pada puncak musim kemarau ini juga kualitas udara cenderung menurun alias memburuk.

"Pada saat kemarau juga kualitas udara cenderung menurun dengan meningkatnya polusi partikulat dari debu dan asap, penggunaan masker saat di luar ruangan akan dapat mengurangi gangguan kesehatan," pungkasnya.

Load More