Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 29 Juni 2023 | 08:26 WIB
Owner Songket Pash sekaligus BRIlian Preneur asal Palembang M Aditia [Suara.com/Tasmalinda]

SuaraSumsel.id - Geliat kerajinan kain seperti halnya kain songket Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) sudah sangat terkenal. Bahkan Palembang menjadikan kain songket sebagai sebagai salah satu ikon industri kreatif sekaligus warisan budaya.

Bagi pelaku UMKM kerajinan kain songket Palembang, Kgs M Aditia, industri kerajinan songket setidaknya bukan mengenai pengrajin lagi. Owner Songket Pash Palembang ini mengungkapkan kualitas produk memang sangat penting, namun ada sejumlah bagian usaha yang juga harus diperhatikan oleh pelaku usahanya.

Terpilih menjadi BRIlian Preneur yang diselenggarakan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 2022 lalu, Aditia mengungkapkan banyak pembelajaran yang diperoleh dalam mengembangan bisnis.

Lahir di keluarga yang merupakan keturunan Palembang sekaligus juga berkecimpung di usaha songket, membuat Aditia memutuskan ingin menjadikan songket terus dikenal dan naik kelas.

Baca Juga: BRILink Hidupkan Digitalisasi Pada Masyarakat Perbatasan Urban Palembang

Sejak tahun 2017, ia memutuskan serius mengelola toko nan menjual songket yang membuatnya belajar hal-hal apa yang perlu dalam usaha mikro di bidang fashion ini. “Setelah short course di Jepang, saya memutuskan untuk serius di bidang ini (industri songket). Lima tahun berkecimpung di usaha ini, saya terpilih menjadi BRILian entrepreneur yang mewakili kota Palembang,” katanya.

Menurut ia, banyak hal yang diperoleh selama proses digembleng menjadi BRILian entrepreneur tersebut. BRI menggunakan jasa pihak ketiga dalam memberikan mentoring bagaimana dalam banyak hal, seperti manajemen tim, marketing, pengurusan legalitas dan hak cipta produk atau Haki.

“Lebih dari tiga bulan, kami mendapatkan mentoring. Ada tugas per bidang yang dipelajari dan dimentoring. Tugas tersebut dinilai, dan juga dilakukan mentoring langsung ke toko. Kita diminta memperlihatkan before dan after dari pelatihan, yang membuat kita terus berkembang. Sistem kontrol dan pengawasan dan running program sangat bagus. Ini terobosan perbankan yang menurut saya, merupakan nilai plus program BRI ini,” ujar ia menjelaskan.

Diakui Aditia, pelaku UMKM terkadang melewatkan sejumlah hal yang seharusnya juga diurus seiring dengan peningkatan bisnis yang dilakoni. Misalnya, pelaku UMKM melewatkan dalam pengurusan Haki merek dagang, legalitas badan usaha, sekaligus perbaikan sistem keuangan agar bisa go publik.

“Saya sebagai pelaku UMKM, juga sering beranggapan untuk terus menaikkan omzet toko saja dahulu, padahal seiring dengan kapasitas bisnis naik, juga diperlukan hal-hal lain agar meningkatkan peluang dan kesiapan investasi, naik kelas lah bahasanya,” sambung ia.

Baca Juga: Saat UMKM di Sentra Wisata Sungai Musi Terbiasa Tanpa Uang Tunai

“Karena program tersebut juga ada mentor yang berasal dari pusat dan daerah.  Ada mentor bisa bertanya, mengaplikasikan hal-hal tersebut dengan usaha, praktek langsung. Juga ada pengawasan dan penilaian ke toko. Ada insight dan teman berdiskusi dalam mengembangkan usaha ini. Ini lah nilai lebih program BRI ini,” ucapnya.

Setelah pelatihan, Aditia mengungkapkan terjadi banyak perubahan pada usaha songket yang dilakoninya. Dia menjadi lebih memahami bagaimana manajemen usaha, manajemen keuangan, manajemen pegawai, dan hal-hal apa dalam memajukan usaha kedepannya.

“Jadi lebih melihat mawas diri, tentang posisi usaha kita saat ini di mana, next mau ngapain, keberlangsungan usaha, dimaksimalkan dengan digitalisasi,” ujar pelaku UMKM yang memilih segmen pembeli ialah kelompok wanita pekerja dengan kisaran usia 25 sampai 40 tahun.

“Kekinian penjualan sudah 90 persen online, dengan marketplace di Shopee Indonesia, Tokopedia yang sudah menjadi official store, media sosial instagram, sekaligus menggunakan jasa iklan (advertising) di media sosial, membangun sejumlah website promosi dan penjualan dengan beriklan secara digital,” terang alumni Program studi Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya (Unsri) ini.

Dalam layanan perbankan BRI, ia mengungkapkan sangat memanfaatkan kepraktisannya. Sebagai nasabah BRI, ia menikmati layanan BRImo dan sejumlah digitalisasi pembayaran di toko-toko miliknya.

Dia pun mengapresiasikan BRI yang memberikan program yang menyentuh langsung kebutuhan pelaku UMKM. Dia pun berharap program ini dapat berkesinambungan dengan semakin banyak pelaku UMKM di Palembang bisa berpeluang dan berpotensi naik kelas. “Kesempatan demikian sangat diinginkan dan bermanfaat bagi pelaku UMKM apalagi jika bisa sharing dengan mereka (pelaku) usaha yang sudah lebih berhasil,” ujarnya.

RCEO BRI Palembang Wahyudi Dermawan pun mengapresiasikan pelaku UMKM yang terus bergeliat di Palembang agar naik kelas. Meski UMKM dari pelaku baru masuk di program kedua dari BRILian preneur, namun semangat para pelaku UMKM lainnya guna mengikuti program serupa sangat antusias. 

Dia pun optimis akan semakin muncul pelaku-pelaku UMKM dengan kemampuan naik kelas dan siap dengan kemampuan dan kepercayaan mengelola usaha lebih berkelanjutan. “Di tahun-tahun ini, BRI akan terus memfokuskan pada lini mikro, usaha mikro yang jumlahnya memang banyak di Palembang,” ucapnya belum lama ini.

Load More