Suwarjono membagi lima model biaya untuk media atau model bisnis media saat ini.
Media sebagai konten kreator dimana membuat konten untuk platform global seperti google, facebook, twitter, intasgram, tiktok. Selain itu, media sebagai konten kreator atau konten provider, ujar Suwarjono, ancamannya adalah media jadi tergantung dengan platform tersebut.
Lalu ada media dengan berbasis berlangganan di mana hal ini menurut Suwarono, cukup berat.
Ada juga bisnis media sebagai display. “Membuat media sebagai tempat display sebagai outlet sementara bisnisnya di tempat lain. Saya kebayang 2024 ,media sebagai outlet dipakai calon-calon,” ujarnya.
Baca Juga: Tamatan SMK Di Sumsel Paling Banyak Jadi Pengangguran
Keempat media dikelola berbasis donor yang memiliki konten niche.
“Kelima adalah menggabungkan banyak model. Dia menggunakan ekosistem digital baik untuk distribusi bagi digital, agensi, PH. Lima model ini mnearik tapi butuh model baru lagi supaya tidak stagnan,” ujar Suwarojono.
Bicara soal desentralisasi media menurut Suwarjono, keberlangsungannya yang jadi bahasan penting.
“10 tahun lalu model online yang dibuat berbasis artikel, 10 tahun terakhir sudah banyak gambar, belakangan video di Youtube. Dua tahun terakhir terjadi disrupsi lagi itu adalah di platform video pendek dan vertical video. Ini membuat semua pengelola media mengubah template dari media panjang ke short video dan mengubah ke vertical video,” ujarnya.
Karena itu semua tantangan yang dihadapi media lokal ini akan dibahas tuntas di acara LMS 2022.
Baca Juga: Heboh Video Wanita Diduga Warga Ogan Ilir Sumsel Tampil Bugil di TikTok
Di momen yang sama, Wakil Ketua Dewan Pers Agung Darmajaya mengatakan, di era media digital saat ini jumlah media bertambah.
“ Tapi kadang kita lupa media tumbuh berkembang banyak, tapi jadi sampah,” ujarnya.
Menurut Agung yang perlu dipikirkan saat ini adalah bagaimana keberlangsungan media yang ada saat ini.
Di tengah kompetisi semakin ketat kata Agung, pemilik media butuh kreativitas, inovasi.
“Kalau bicara regulasi sudah khatam. tapi bagaimana setelah hadir, bagaimana mereka hidup,” tuturnya.
Kode etik menjadi penting di atas segalanya. dan juga dampak dari pemberitaan itu.
Berita Terkait
-
Wakil Ketua Dewan Pers Sebut Banyak Media yang Jadi Sampah: Berita Hanya Bikin Gaduh!
-
Wakil Ketua Dewan Pers: Berita Jangan Hanya Membuat Gaduh
-
Syarif Bando: Media Apapun Akan Ditinggal Kalau Tidak Mendidik
-
Dewan Pers: Media Tumbuh Berkembang Banyak, Tapi Jadi Sampah!
-
Bahas Nasib Media Lokal di Local Media Summit 2022, Pimpred Suara.com: Tahu Konten, Tapi Bisnisnya Tidak!
Tag
Terpopuler
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- 9 Mobil Bekas Murah Sekelas Alphard Mulai Rp 60 Juta: Captain Seat Nyaman Selonjoran
- 5 Rekomendasi Moisturizer untuk Usia 50 Tahun ke Atas: Wajah Jadi Lembap dan Awet Muda
- 6 Rekomendasi Motor Touring 250cc Bekas: Performa Berkelas, Harga Mulai Rp40 Jutaan
- 7 Mobil Bekas Toyota-Suzuki: Harga Mulai Rp40 Jutaan, Cocok buat Keluarga Kecil
Pilihan
-
Daftar 5 Pinjol Resmi OJK Bunga Rendah, Solusi Dana Cepat Tanpa Takut Ditipu!
-
Hadapi Jepang, Patrick Kluivert Akui Timnas Indonesia Punya Rencana Bagus
-
Usai Tepuk Pundak Prabowo Subianto, Kini Handphone Ole Romeny Disita
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Jumbo Terbaru Juni 2025
-
Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia saat Khutbah Jumat, Ini Profilnya
Terkini
-
Cicilan Cuma Rp300 Ribuan, Begini Cara Dapat KUR Rp10 Juta Tanpa Ribet!
-
Era Prabowo Dimulai: PLTM Minihidro Ini Jadi Bukti Komitmen Energi Bersih Nasional
-
Sambut Idul Adha 1446 H, Semen Baturaja Salurkan 13 Sapi Kurban di 3 Wilayah Operasional
-
Festival Bulan Juni di Palembang Hadir Lagi, Komunitas Suarakan Krisis Lingkungan
-
HP Murah Terbaik Juni 2025: 6 Pilihan di Bawah 2 Juta, Spek Gak Murahan!