Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 23 Juni 2022 | 12:31 WIB
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) menyampaikan paparan saat paripurna pertama dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDIP di Jakarta, Selasa (21/6/2022). [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]

SuaraSumsel.id - Bersamaan dengan digelarnya Rakernas II PDIP Tahun 2021 di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, juga terjadi pertemuan koalisi Partai Keadilan Sejahtera atau PKS dengan Partai Nasdem.

Rabu (22/6/2022), PKS dan Partai Nasdem bersepakat berkoalisi pada Pilpres 2024. Tindakan kunjungan ini pun disusul partai besutan SBY, Partai Demokrat. Meski demian PDI Perjuangan tegaskan jika sulit berkoalisi dengan dua partai yang mendatangi Surya Paloh tersebut.

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebutkan jika PDI Perjuangan sulit bekerja sama dengan PKS dan Partai Demokrat di Pemilu 2024.

 "Kalau dengan PKS tidak," kata Hasto ketika ditanya tentang kemungkinan PDIP bergabung dalam rencana koalisi NasDem dan PKS, di sela-sela Rakernas II PDIP Tahun 2021, di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis.

Baca Juga: Sumsel Butuh Delapan Pesawat Helikopter, Cegah dan Kendalikan Karhutla

Hasto lantas menyampaikan selamat atas kesepakatan antara PKS-NasDem untuk Pemilu 2024.

 "Ya itu bagus sekali, ada partai yang secara dini sudah membangun koalisi antara NasDem-PKS. PDIP mengucapkan selamat atas koalisi NasDem dan PKS tersebut," katanya melansir ANTARA, Kamis (23/6/2022).

Hasto juga mengatakan PDIP juga sulit untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat

 "Kalau saya pribadi sebagai sekjen memang tidak mudah untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat karena dalam berbagai dinamika politik menunjukkan hal itu," katanya.

Kultur pendukung PDIP sangat berbeda dengan Demokrat, dimana pendukung PDIP adalah wong cilik.

Baca Juga: Waspada! 8 Wilayah di Sumsel Ini Ditemukan Hewan Ternak Terjangkit PMK

 "Koalisi harus melihat emosional 'bonding' pendukung PDI, pendukung PDIP adalah rakyat wong cilik yang tidak suka berbagi bentuk kamuflase politik. Rakyat itu apa adanya, rakyat yang bicara dengan bahasa rakyat, sehingga aspek-aspek historis itu tetap dilakukan," kata Hasto.

Di tanya soal peluang kerja sama dengan Partai NasDem, Hasto enggan menjawab dengan jelas.

 "Kami kan dengan NasDem bekerja sama sejak 2014 mendukung pemerintahan Pak Jokowi. Kalau untuk 2024 kan masing-masing punya strategi. Nanti tiga sampai empat bulan sebelum pencapresan baru dikerucutkan (mitra koalisi)," tuturnya.

Partainya mengedepankan etika politik dan melihat faktor historis dalam upaya pembangunan koalisi. PDIP memiliki kedekatan historis dengan PAN, PKB, PPP Golkar, dan Gerindra.

PDIP memiliki keyakinan bahwa jalan yang harus ditempuh saat ini adalah turun ke bawah dan menyerap aspirasi masyarakat.

 "Ya kita ini kan dengan PAN, karena kan basisnya kan Muhammadiyah, dengan PKB dengan PPP, kemudian dengan Golkar, dengan Gerindra. Kita ingin membangun semangat gotong royong, tetapi kerja sama ini kan muncul dari satu niat terdalam bagi kemajuan Indonesia," papar Hasto.

Load More