Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 17 Mei 2022 | 08:37 WIB
Ilustrasi - Pedagang menata minyak goreng curah di kiosnya di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (8/10/2019). (Dok ANTARA)

SuaraSumsel.id - Persediaan minyak goreng curah di pasar tradisional Palembang Sumatera Selatan atau Sumsel mulai terisi. Namun, ketersediaan tersebut belum terpenuhi di seluruh toko sembako.

Salah satu pedagang sembako di Pasar Km 5 atau Palimo Palembang, Ali mengatakan stok minyak goreng curah baru diperolehnya hari ini, Senin (16/5/2022). Ia pun mengungkapkan mendapatkan persediaan tersebut bukan dari Pasar Palimo.

"Baru tadi pagi saya dapat. Ngambilnya ke agen yang di Jalan Sosial, bukan yang di Pasar Palimo ini," ujarnya kepada Suara.com, Senin (16/5/2022).

Harga minyak goreng per kilogram dijual Ali dengan haraga Rp18.000, berbeda Rp4.000 dari harga yang ditetapkan pemerintah yakni Rp14.000 per kilogram. Sementara untuk minyak kemasan, dijual Ali masih di angka Rp25.000 per kilogram.

Baca Juga: Disebut Berjasa Bagi Desa, Ganjar Dapat Dukungan dari Relawan di Sumsel

Dari pantauan Suara.com, beberapa toko sembako di Pasar Palimo masih banyak yang belum mendapatkan stok minyak goreng curah. Mereka memilih menjual minyak goreng kemasan. Kisaran harga yang dijual mulai dari Rp22.000 hingga Rp25.000 per kilogram.

Berbeda dengan persediaan minyak goreng yang mulai kembali terisi, kondisi tandan buah segar atau TBS petani sawit masih bergulat pada penetapan harga. Hal tersebut terjadi pasca ditetapkannya larangan ekspor CPO oleh Presiden Joko Widodo, sehingga membuat harga TBS turun drastis sebanyak 40-70 persen.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung mengatakan TBS saat ini dalam kondisi kritis. Menurutnya, per hari ini dari 22 provinsi sudah terdapat 36.000 aduan para petani.

"Harga TBS petani sawit saat ini berada di bawah harga yang disepakati Dinas Perkebunan. Melihat situasi saat ini minyak goreng sudah terdistribusi walau belum sempurna. Maka dari itu kami meminta untuk dicabut larangan ekspor cpo tersebut," ucapnya saat Rapat koordinasi Kebijakan Sawit atau CPO, Senin (16/5/2022).

Gulat mengatakan efek dari larangan ekspor CPO membuat petani sawit saat ini tidak lagi melakukan perawatan dan memanen sawit. "Kalau dipanen pun harga tidak cocok," tambahnya.

Baca Juga: Rayakan Waisak Cuaca Sumsel 16 Mei 2022: Bakal Berawan dengan Potensi Hujan Sedang

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan akan mengusahakan kepada Presiden Jokowi untuk mencabut aturan larangan CPO melalui rapat hari ini, Selasa (17/5/2022).

"Ekspor CPO dan lain-lain harus tetap terfasilitasi dan berjalan. Dalam beberapa hari sudah ada sinyal dari pemerintah kalau ekspor CPO akan di buka. Kita akan memberikan saran dan alasan kepada presiden sehingga membuka ekspor dengan pertimbangan yang sangat matang," paparnya.

Kontributor: Melati Putri Arsika

Load More