Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Sabtu, 23 April 2022 | 02:25 WIB
Quraish Shihab dan Najwa Shihab. Quraish Shihab mengungkapkan makna malam lailatul qadar. [YouTube/Najwa Shihab]

SuaraSumsel.id - Di bulan suci Ramadhan, terdapat satu malam yang disebut memiliki keutamaan dan kemuliaan yang disebut sebagai malam Lailatul Qadar. Malam tersebut bisa dikenali dengan tanda-tanda dan fenomena alam. Meski tidak seorang pun yang mengetahui secara persis kapan terjadinya malam tersebut.

Selama ini, umat Islam hanya membaca tanda-tanda malam yang menurut Al-Qur’an, lebih baik dari 1000 bulan ini. Lalu apakah benar malam lailatul qadar seperti yang disebutkan dengan fenomena air yang membeku, malam yang hening serta pepohonan yang menunduk.

Melansir website NU-jaringan Suara.com, Muhammad Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1999) jika fenomena alam harus diimani oleh setiap muslim berdasarkan pernyataan Al-Qur’an.

Ada suatu malam yang bernama Lailatul Qadar” (QS Al-Qadr: 1) dan malam itu merupakan “malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan” (QS Ad-Dukhan: 3).

Baca Juga: Industri Jasa Logistik di Sumsel Tumbuh Signifikan, Palembang Jadi Pasar Tertinggi

Quraish Shihab memberikan sejumlah keterangan terkait arti kata qadar. Mufassir kenamaan memaparkan tiga arti qadar tersebut.

Arti pertama, Qadar berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Pendapat dikuatkan oleh penganut dengan Firman Allah pada Surat Ad-Dukhan ayat 3. Ulama pun ada yang memahami penetapan itu dalam batas setahun.

Al-Qur’an yang turun pada malam lailatul qadar diartikan jika pada malam itu Allah SWT mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya.

Muhammad SAW mengajak manusia kepada agama pada akhirnya menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.

Arti kedua, Qadar berati kemuliaan. Malam tersebut merupakan malam mulia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan diraih. Kata qadar yang berarti mulia ditemukan dalam ayat ke-91 Surat Al-An’am yang berbicara tentang kaum musyrik: Ma qadaru Allaha haqqa qadrihiidzqalu ma anzalallahu ‘ala basyarin min syay’i

Baca Juga: Operasi Ketupat Musi 2022, Polda Sumsel Kerahkan 3.578 Personel Gabungan Amankan Arus Mudik

Arti ketiga, Qadar berati sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit karena malaikat banyak yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Surat Al-Qadar:

Kata qadar yang berarti sempit digunakan oleh Al-Qur’an antara lain dalam ayat ke-26 Surat Ar-Ra’du: Allah yabsuthu al-rizqa liman yasya’ wa yaqdiru (Allah melapangkan rezeki bagi yang dikehendaki dan mempersempitnya [bagi yang dikehendakinya]).

Quraish Shihab menekankan hal penting yang harus diperhatikan agar seseorang jangan hanya pasif menunggu malam Lailatul Qadar  tetapi keistimewaan malam tersebut harus direngkuh secara aktif dengan sejumlah ibadah.

Untuk bertemu malam Lailatul Qadar, seseorang harus bisa mempersiapkan diri sedari awal Ramadhan.

Load More