Pencegahan
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Lebih baik menghindari gigitan nyamuk, khususnya nyamuk aedes aegypti, ketimbang melakukan perawatan jika sudah terinfeksi.
Cara paling efektif untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan meniadakan keberadaan nyamuk di lingkungan tempat tinggal. Yaitu dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) agar tidak bisa berkembang biak dan hidup di sekitar rumah.
Menjaga kebersihan lingkungan rumah sangat dianjurkan agar nyamuk tidak memiliki tempat tinggal atau bahkan berkembang biak.
Baca Juga: DBD di Balikpapan Turun, Diskes Kota Minyak: Mungkin Sesama Virus Tahu Diri
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah membersihkan tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, menguras air yang menggenang, menaburkan atau meneteskan larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah untuk menjaga aliran udara tetap bersih, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat istirahat nyamuk.
Selain itu bisa juga mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk atau lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, menanam tanaman pengusir nyamuk, serta penyemprotan disinfektan atau fogging untuk memberantas nyamuk
Namun perlu diketahui bahwa fogging atau penyemprotan disinfektan bukan berarti menjamin keamanan lingkungan rumah dari nyamuk demam berdarah.
Fogging semata tidak akan efektif apabila tidak dibarengi dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah. Oleh karena itu menjaga kebersihan lingkungan seperti yang sudah disebutkan di atas adalah kunci penting untuk terhindar dari gigitan nyamuk demam berdarah.
Upaya tekan kasus
Baca Juga: Gegara Ada Covid-19, Dinkes Jogja Sebut Kasus DBD Turun
Kementerian Kesehatan menargetkan kasus DBD bisa ditekan hingga kurang dari 37 per 100 ribu penduduk pada 2030. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto mengatakan sasaran dari target tersebut adalah mengurangi angka kematian hingga 0,2 persen per 100 ribu penduduk di tahun 2030.
Berita Terkait
-
2025: Warga Jakarta Terpapar DBD Capai 1.416 Orang, Terbanyak Jakbar!
-
Kasus DBD di Jakarta Meningkat, Pramono Kumpulkan Jajaran Besok
-
Menghadapi DBD di Musim Hujan: Anak dan Dewasa Sama Rentannya
-
KKN Unila Gandeng Karang Taruna Warga Makmur Jaya Gelar Sosialisasi DBD
-
7 Cara Mengobati Demam Berdarah dengan Obat Tradisional yang Terbukti Ampuh
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
-
Persija Terlempar dari Empat Besar, Carlos Pena Sudah Ikhlas Dipecat?
-
Momen Timnas Indonesia U-17 Gendong ASEAN Jadi Pembicaraan Media Malaysia
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
Terkini
-
UMKM Palembang Naik Kelas, Kini Produknya Jadi Suvenir Penerbangan Garuda
-
Usai Fitrianti Ditahan, Harnojoyo Diperiksa Kejaksaan: Dugaan Korupsi Apa?
-
Lepas Kemeriahan Lebaran, Emas Digadai Warga Palembang untuk Sekolah Anak
-
Harga Emas Tinggi Dorong Warga Palembang Ramai Gadai untuk Biaya Sekolah
-
Rp10 Juta Sesuku, Harga Emas Perhiasan Palembang Cetak Rekor Usai Lebaran