SuaraSumsel.id - Berlebaran atau Idul Fitri telah berlalu, namun selalu ada cerita di baliknya. Misalnya saja di Palembang, dalam acara halal bihalal komunitas Gastronomi Sumsel.
Budayawan Sumsel, Ali Hanafiah atau akrab dipanggil Cak Amir mengemukakan jika di Palembang memang tradisi makananya banyak dan beragam.
Terutama saat hari raya, atau hari-hari penting yang dirayakan. Dengan kebiasaan memasak dan mengelola makanan sendiri di rumah, mengakibatkan banyak makanan yang tersaji di atas meja makan.
Itu penyebab utama, mengapa orang Palembang memiliki tradisi menyediakan makanan yang banyak dan beragam.
Baca Juga: Ingat, Ini Jadwal Pengumuman PPDB SMA Sumsel Jalur Zonasi
"Karena dari situ bisa diketahui apakah si pemilik rumah termasuk orang yang kreatif atau tidak," ujar ia.
Budaya untuk tidak membeli makanan di luar atau dikenal dengan bahasa jajan, kata Cak Amir, ialah budaya turun temurun bagi orang Palembang.
"Dahulu, budaya berdagang makanan itu malah jarang. Perempuan, ibu-ibu, anak perempuan lebih memilih memasak sendiri olahan makanan di rumah," ujar ia.
Hal ini pula yang mengakibatkan ragam makanan orang Palembang menjadi banyak dan beragam. Misalnya saja, jenis pempek.
Pempek Palembang itu, adonan utamanya hanya satu, yakni daging ikan dan tepung, tapi dengan kreasi yang dimiliki orang Palembang, maka pempek bisa dibuat dengan ragam lain, sehingga menghasilkan model, tekwan, dan jenis pempek lainnya.
Baca Juga: Tingkatkan Okupansi, PHRI Sumsel Dorong Hotel Siapkan Paket Promo
"Selain pintar dan kreasi masak, orang Palembang juga suka atau doyan makan," sambung ia.
Karena itu, setiap datang ke rumah orang Palembang terutama pada perayaan tertentu, maka makanan yang disajikan akan banyak.
Misalnya saja, jenis makanan beratnya, mulai dari beragam jenis pindang, lalu kuenya pula macam-macam apalagi pempeknya.
Cak Amin pun menambahkan alasan mengapa perempuan Palembang juga terkenal bisa masak dan kreatif. Hal ini bisa dihubungkan dengan tradisi menilai calon istri di budaya masyarakat Palembang, yakni calon istri yang baik ialah yang tidak menangis saat memotong bawang.
Filosofi ini diartikan, perempuan ini sering masak sehingga sudah terbiasa dengan pedas bahan masakan bawang.
"Ini pun bisa menjadikan Palembang memang kaya kuliner, karena rata-rata anak perempuan di jaman dulu hobinya masak sebagai penilaian istri yang baik mengurus keluarga," pungkasnya.
Berita Terkait
-
5 Momen Sapi Vs Manusia di Hari Kurban, dari Bikin Ulah di Tol Hingga Berenang ke Laut
-
Malam Takbiran di Semarang, Jokowi Jajal Mi Disko Level 1 Sambil Ngevlog Bareng Menteri Basuki
-
Idul Adha 2024: Pasokan Listrik di 40 Lapangan dan 74 Masjid Sulselrabar Dijamin Tidak Drop
-
45 Ucapan Lebaran Haji yang Islami, Penuh Doa dan Harapan Baik Menyambut Hari Raya Idul Adha
-
Kapan Hari Raya Idul Adha 2024 Tiba Versi Pemerintah dan Muhammadiyah? Adakah Cuti Bersama?
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Selamat Ulang Tahun ke-101, Persis Solo!
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
Terkini
-
Langkah Inovatif Bank Sumsel Babel di HUT ke-67 untuk Masa Depan Berkelanjutan
-
BRI Fellowship Journalism 2025: Beasiswa S2 Plus Pelatihan Keuangan untuk Jurnalis
-
LIVE Malam Ini! Debat Kedua Pilwalko Palembang: Siapa Punya Solusi Pembangunan?
-
Breaking News: Gedung PLN WS2JB Terbakar, Penyebab Masih Diselidiki
-
Leadership Camp GenBI: Bukan Cuma Pintar, Tapi Juga Kreatif dan Inspiratif