Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 13 Juni 2021 | 12:38 WIB
Sejumlah pemangku adat dan budayawan asal Palembang menjamu tamu dari pemangku adat Nagari Kota Padan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Senin (10/12/2018). Jamuan Ngidang atau sajian makanan bergaya lesehan khas Palembang ini dilakukan sebagai bagian dari penyambutan sekaligus memperkenalkan tradisi penyambutan pada tamu adat dari Nagari Kota. ANTARA FOTO/Feny Selly)

SuaraSumsel.id - Berlebaran atau Idul Fitri telah berlalu, namun selalu ada cerita di baliknya. Misalnya saja di Palembang, dalam acara halal bihalal komunitas Gastronomi Sumsel.

Budayawan Sumsel, Ali Hanafiah atau akrab dipanggil Cak Amir mengemukakan jika di Palembang memang tradisi makananya banyak dan beragam.

Terutama saat hari raya, atau hari-hari penting yang dirayakan. Dengan kebiasaan memasak dan mengelola makanan sendiri di rumah, mengakibatkan banyak makanan yang tersaji di atas meja makan.

Itu penyebab utama, mengapa orang Palembang memiliki tradisi menyediakan makanan yang banyak dan beragam.

Baca Juga: Ingat, Ini Jadwal Pengumuman PPDB SMA Sumsel Jalur Zonasi

"Karena dari situ bisa diketahui apakah si pemilik rumah termasuk orang yang kreatif atau tidak," ujar ia.

Budaya untuk tidak membeli makanan di luar atau dikenal dengan bahasa jajan, kata Cak Amir, ialah budaya turun temurun bagi orang Palembang.

"Dahulu, budaya berdagang makanan itu malah jarang. Perempuan, ibu-ibu, anak perempuan lebih memilih memasak sendiri olahan makanan di rumah," ujar ia.

Hal ini pula yang mengakibatkan ragam makanan orang Palembang menjadi banyak dan beragam. Misalnya saja, jenis pempek.

Pempek Palembang itu, adonan utamanya hanya satu, yakni daging ikan dan tepung, tapi dengan kreasi yang dimiliki orang Palembang, maka  pempek bisa dibuat dengan ragam lain, sehingga menghasilkan model, tekwan, dan jenis pempek lainnya.

Baca Juga: Tingkatkan Okupansi, PHRI Sumsel Dorong Hotel Siapkan Paket Promo

"Selain pintar dan kreasi masak, orang Palembang juga suka atau doyan makan," sambung ia.

Karena itu, setiap datang ke rumah orang Palembang terutama pada perayaan tertentu, maka makanan yang disajikan akan banyak.

Misalnya saja, jenis makanan beratnya, mulai dari beragam jenis pindang, lalu kuenya pula macam-macam apalagi pempeknya.

Cak Amin pun menambahkan alasan mengapa perempuan Palembang juga terkenal bisa masak dan kreatif. Hal ini bisa dihubungkan dengan tradisi menilai calon istri di budaya masyarakat Palembang, yakni calon istri yang baik ialah yang tidak menangis saat memotong bawang.

Filosofi ini diartikan, perempuan ini sering masak sehingga sudah terbiasa dengan pedas bahan masakan bawang.

"Ini pun bisa menjadikan Palembang memang kaya kuliner, karena rata-rata anak perempuan di jaman dulu hobinya masak sebagai penilaian istri yang baik mengurus keluarga," pungkasnya.

Load More