Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 02 November 2020 | 09:33 WIB
Gus Nur Ditangkap di Rumahnya Tanpa Perlawanan

SuaraSumsel.id - Sugi Nur Rahardjo atau dikenal dengan Gus Nur ditangkap dan mendekam di tahanan Mabes Polri, Jakarta.

Gus Nur ditangkap karena dinilai telah menyebarkan informasi yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan terkait ormas Nahdlatul Ulama.

Gus Nur ditangkap di kediamannya di Kecamatan Pakis, Malang, Jawa Timur, Sabtu (24/10) dini hari. Dari kediamannya, Gus Nur langsung dibawa ke Bareskrim Polri, Jakarta.

Namun Gus Nur pun kembali bicara. Dalam sebuah wawancara yang diunggah Hops.id (jaringan Suara.com), Gus Nur mengungkapkan sosok dan masa lalu dirinya hingga menjadi ustaz.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Sumsel 2 November, Palembang Bakal Hujan Sampai Sore

Berikut hal-hal yang diungkapkan Gus Nur:

1. Belajar Agama Tanpa Belajar ke Pesantren

Gus Nur mengaku cuma lulusan Sekolah Dasar atau SD. Gus Nur tidak meneruskan sekolah hingga belajar ilmu debus dan ilmu kebal.

Dengan menyandang ustaz hingga keliling ke berbagai daerah untuk berceramah.

Ternyata Gus Nur tidak pernah belajar ilmu agama formal di pesantren. "Kan di dalam ilmu di dunia ini, ada yang namanya otodidak,” ujar Gus Nur.

Baca Juga: Curah Hujan Meningkat, 122 Kecamatan di Sumsel Rawan Longsor

2. Belajar Debus

Gus Nur kemudian berkisah, sebelum mengenal dan memperdalam ilmu agama, Ia sempat menghabiskan harinya menjadi pemain debus bersama ayahnya.
Itulah mengapa, dia mengaku tidak punya waktu mengenyam pendidikan formal dan hanya menyelesaikan sekolah hingga bangku SD.

Gus Nur menjelaskan, dirinya meninggalkan karier sebagai pemain debus setelah ayahnya wafat.

Dari situ, dia mengaku baru mulai menekuni agama Islam.

Meski demikian, ilmu debus tidak sepenuhnya dia tinggalkan. Gus Nur kemudian memanfaatkan ilmu debusnya untuk media dakwah.

“Nah setelah Abah wafat, saya buang semua ilmu debus, saya mulai menekuni agama. Cuma satu yang saya tidak bisa buang (ilmu) dikubur hidup-hidup. Diseret mobil, kebal mercon, disetrika, apalah itu bisa saya buang. Tinggal satu yang nggak bisa, ilmu dikubur (hidup-hidup),” jelasnya.

Gus Nur dan Refly Harun. (YouTube/Refly Harun)

3. Tak Semua Santri Kuasai Ilmu Hidup

Gus Nur menilik dalam sejumlah kasus, ada banyak orang yang menghabiskan ilmu di pesantren, hafal ratusan kitab, namun tidak bermanfaat bagi kehidupan.

“Hidup ini relatif. Banyak orang dari kecil mondok, hafal ratusan kitab, tapi dia tidak menguasai ilmu kehidupan. Contoh begitu dapat tanah, dapat pesantren, nggak berkembang kan itu," kata Gus Nur

4. Diberikan Skill oleh Allah

Gus Nur mengaku tidak pernah belajar agama di pesantren atau juga mengenyam pendidikan agama secara resmi.

Tapi Gus Nur mengaku langsung dikasih oleh Allah kemampuan ceramah dan menghasilkan uang.

“Saya enggak pernah mondok, tapi saya dikasih Allah skill pintar cari uang. Makanya saya bisa bangun pesantren 3 lantai, 300 santri gratis semua, saya tanggung semua biayanya, ustaz-ustaznya juga itu. Ini belum tentu kiai yang mondok puluhan tahun tuh belum bisa, hidup itu kan begitu melihatnya,” kata Gus Nur.

5. Punya 300 Santri dan Gaji Kiai

Gus Nur menceritakan capaian hidupnya selama menjadi 'ustaz' meski tidak pernah mengenyam pendidikan agama formal. Bahkan Gus Nur tidak pernah masuk pesantren.

Tapi Gus Nur mengaku langsung dikasih oleh Allah kemampuan ceramah dan menghasilkan uang.

“Saya enggak pernah mondok, tapi saya dikasih Allah skill pintar cari uang. Makanya saya bisa bangun pesantren 3 lantai, 300 santri gratis semua, saya tanggung semua biayanya, ustaz-ustaznya juga itu. Ini belum tentu kiai yang mondok puluhan tahun tuh belum bisa, hidup itu kan begitu melihatnya,” kata Gus Nur.

Load More