Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 21 Juni 2022 | 15:10 WIB
Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi menghadiri secara langsung acara pembukaan Rapat Kerja Nasional atau Rakernas ke-2 PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022). Jokowi sebut lima Presiden dan perdana menteri yang menghubunginya. [Suara.com/Bagaskara]

SuaraSumsel.id - Saat Indonesia memberlakukan larangan ekspor batu bara ke luar negeri, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi perhatian sejumlah negara. Setidaknya lima Presiden, perdana menteri yang menghubunginya agar kran ekspor tersebut dibuka guna keberlangsungan negera tersebut.

Hal ini disampaikan Presiden Jokowi saat hadir di Sekolah Partai Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II 2021 PDIP.

"Waktu bulan Januari kita setop batu bara ada 5 presiden, perdana menteri yang telepon ke saya, (mengatakan) 'Presiden Jokowi mohon kita dikirim batu baranya segera, secepatnya, kalau ndak ini mati kita. Listrik kita mati, industri kita mati'," kata Jokowi.

Pemerintah Indonesia melarang ekspor batu bara sejak 1 Januari hingga 31 Januari 2022. Kebijakan itu mendatangkan protes dari sejumlah negara pengimpor, setidaknya dari Jepang dan Korea Selatan.

Baca Juga: Ditahan Polda Sumsel, Mularis Djahri Dikenal Mantan Anggota Polri, Pengusaha Sawit Terjun ke Politik

"Kita menjadi tahu kekuatan kita itu ada di mana. Waktu kita setop ekspor minyak goreng untuk kebutuhan dalam negeri dulu, batu bara juga untuk kebutuhan dalam negeri lebih dulu. Ada dua presiden dan perdana menteri telepon saya juga, 'Pak kalau bapak dalam dua hari ini tidak kirim (minyak goreng), kami akan terjadi gejolak sosial politik di negara saya. Tolong bisa dikirimkan'," cerita Presiden.

Presiden Jokowi sebelumnya juga melarang ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan sejumlah produk turunannya pada 28 April hingga 24 Mei 2022. (ANTARA)

"Saya cek, ada stok kira kira 3 juta ton kemudian permintaannya 200 ribu ton, ya sudah dikirim saja, 120 ribu ton, ya sudah dikirim," kata Presiden.

Jokowi menyebut Indonesia punya kekuatan besar di bidang batu bara, CPO, nikel, dan sumber daya alam lainnya.

"Tapi tidak bisa kita terus-teruskan yang namanya ekspor itu dalam bahan mentah, itu setop. Harus mulai berani setop ekspor bahan mentah kemudian kita buat barang jadi ada industrialisasi, hilirisasi di situ, itulah sebetulnya kekuatan besar kita, sehingga nilai tambah itu di dalam negeri, lapangan kerja ada di dalam negeri," ujar Presiden.

Baca Juga: Mantan Calon Wali Kota Palembang Mularis Djahri Ditahan Polda Sumsel, Kasus Lahan Tebu?

Selain itu, Indonesia memperoleh pendapatan dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, bea ekspor, bea keluar, dan lainnya.

"Itulah yang sering saya hitung-hitung dan juga dihitung oleh lembaga-lembaga internasional bahwa kalau kita bisa membuka gerbang masuk kepada 'income per capita' lebih dari 11 ribu dolar AS, moga-moga sudah bisa ke sana 2030, artinya gerbang itu sudah bisa kita buka," kata Presiden lagi.

"Arahnya harus ke depan harus ke sana dan kita sekarang ini memiliki kemampuan itu. Sudah kita coba nikel setop, tahun ini kita akan setop lagi bauksit, semua dikerjakan di dalam negeri dan hitung-hitungan kita di 2045 kalau ada konsistensi kepemimpinan dengan keberanian menyetop barang-barang mentah sampai tahun itu, insya Allah kita berada di angka 21 ribu - 27 ribu dolar AS income per capita kita. Betul-betul kita berada pada posisi negara maju, tapi tantangannya sekali lagi tidak mudah terutama pembangunan SDM," ujar Presiden pula.

Rakernas II 2021 PDIP dilaksanakan di Sekolah Partai Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lenteng Agung, Jakarta pada 21-23 Juni 2022.

Load More