SuaraSumsel.id - Memasuki musim penghujan, masyarakat Indonesia diminta waspada terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Setiap tahunnya selalu saja ada penderita DBD yang meninggal dunia.
Data Kementerian Kesehatan per minggu ke-43 tahun 2021, tercatat 37.646 kasus demam berdarah dengue di seluruh wilayah Indonesia, dengan jumlah suspek mencapai 40.172. Sebanyak 361 penderita di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Masyarakat disarankan untuk waspada terhadap penyakit yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti ini kapan pun. Bukan tanpa alasan, pasalnya kasus demam berdarah bisa terjadi sepanjang tahun mengakibatkan kematian apabila tidak ditangani dengan segera dan secara tepat.
Baca Juga: DBD di Balikpapan Turun, Diskes Kota Minyak: Mungkin Sesama Virus Tahu Diri
Sembuh sendiri
Dokter pakar penyakit tropik dan infeksi dr. Ronald Irwanto, Sp.PD-KPTI, FINASIM mengatakan penyakit demam berdarah sebenarnya merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya atau self-limiting disease.
Namun, masyarakat harus waspada lantaran proses infeksi dari virus dengue memiliki fase kritis di mana seorang pasien membutuhkan dukungan perawatan medis untuk melewatinya.
Demam berdarah sebenarnya penyakit self-limiting disease, penyakitnya sembuh dengan sendirinya dari tubuh. Cuma memang harus hati-hati karena DBD ada tiga fase.
Menurut dokter Ronald, fase pertama adalah fase demam di mana gejala akibat infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti mulai muncul. Fase ini muncul pada hari pertama hingga hari ketiga.
Baca Juga: Gegara Ada Covid-19, Dinkes Jogja Sebut Kasus DBD Turun
Gejala yang ditimbulkan adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri otot. Gejala khas yang ditimbulkan dari penyakit DBD adalah demam yang tiba-tiba muncul tanpa disertai dengan flu, batuk, sakit tenggorokan, atau diare.
Fase selanjutnya adalah fase kritis di mana demam pasien mulai turun, namun di sinilah fase yang paling berbahaya dari penyakit demam berdarah karena bisa menimbulkan pendarahan di berbagai organ tubuh.
Pada fase kritis, biasanya pasien merasa mual karena ada cairan plasma darah yang keluar dari pembuluh darah dan memasuki lambung. Fase kritis terjadi pada hari keempat menjelang hari ketujuh.
Seringkali di saat demam mulai turun di fase kritis, pasien merasa dirinya sudah sembuh sehingga cenderung abai dan tidak lagi waspada. Padahal di fase kritis inilah pasien sangat membutuhkan perawatan seperti tambahan cairan dari infus atau penanganan medis lain jika terjadi penurunan angka trombosit dan terjadi pendarahan.
Pendarahan akibat penyakit DBD di fase kritis ini bisa terjadi di mana saja seperti di hidung (mimisan), gusi, telinga, saluran pencernaan, dan lainnya.
Pendarahan yang berat menyebabkan inflamasi di berbagai organ tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Kejadian kematian akibat DBD biasanya terjadi di fase ini lantaran tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Di masa kritikal itu sangat berbahaya karena rawan pendarahan, rawan trombosit turun, rawan "shock". Ronald menerangkan bahwa dokter tidak bisa memberikan obat kepada pasien untuk membunuh virus dengue atau untuk menaikkan kembali tromobosit pasien.
Selanjutnya di fase ketiga yaitu fase pemulihan yang dimulai pada hari ketujuh inilah pasien mulai kembali pulih. Pada fase ini juga trombosit pasien akan naik dengan sendirinya dan virus akan mati. Namun, pada fase pemulihan di hari ketujuh ini pasien akan mengalami demam sekali lagi untuk selanjutnya hilang dan kembali sehat.
Lalu kapan masyarakat harus waspada terhadap penyakit DBD? Dokter Ronald menyarankan agar masyarakat waspada apabila mengalami demam tinggi secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
Jadi jika tiba-tiba mengalami demam tinggi tanpa ada keluhan lain seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, atau diare, segeralah periksakan diri ke dokter. Dokter nantinya akan langsung melakukan tes virus dengue untuk memastikan positif atau tidak dan dilakukan perawatan.
Penyakit demam berdarah bisa berujung pada kematian karena terlambat penanganan ke fasilitas kesehatan.
Pencegahan
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Lebih baik menghindari gigitan nyamuk, khususnya nyamuk aedes aegypti, ketimbang melakukan perawatan jika sudah terinfeksi.
Cara paling efektif untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan meniadakan keberadaan nyamuk di lingkungan tempat tinggal. Yaitu dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) agar tidak bisa berkembang biak dan hidup di sekitar rumah.
Menjaga kebersihan lingkungan rumah sangat dianjurkan agar nyamuk tidak memiliki tempat tinggal atau bahkan berkembang biak.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah membersihkan tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, menguras air yang menggenang, menaburkan atau meneteskan larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah untuk menjaga aliran udara tetap bersih, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat istirahat nyamuk.
Selain itu bisa juga mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk atau lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, menanam tanaman pengusir nyamuk, serta penyemprotan disinfektan atau fogging untuk memberantas nyamuk
Namun perlu diketahui bahwa fogging atau penyemprotan disinfektan bukan berarti menjamin keamanan lingkungan rumah dari nyamuk demam berdarah.
Fogging semata tidak akan efektif apabila tidak dibarengi dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah. Oleh karena itu menjaga kebersihan lingkungan seperti yang sudah disebutkan di atas adalah kunci penting untuk terhindar dari gigitan nyamuk demam berdarah.
Upaya tekan kasus
Kementerian Kesehatan menargetkan kasus DBD bisa ditekan hingga kurang dari 37 per 100 ribu penduduk pada 2030. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto mengatakan sasaran dari target tersebut adalah mengurangi angka kematian hingga 0,2 persen per 100 ribu penduduk di tahun 2030.
Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk mencapai target tersebut antara lain pengendalian vektor, peningkatan surveilens dan deteksi dini, serta tata kelola kasus.
Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan demam berdarah dan juga penanganan ketika muncul gejala DBD dinilai masih belum membudaya di masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan peningkatan partisipasi dan kemandirian masyarakat, penguatan komitmen pemerintah pusat dan juga daerah serta partisipasi mitra dan multi sektor untuk menekan angka kasus demam berdarah di Indonesia. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Ketahui Pentingnya Pencegahan DBD di Tempat Kerja untuk Menjaga Kesehatan Karyawan dan Keberlanjutan Perusahaan
-
Waspada Demam Berdarah di Musim Hujan, Ini Tips dari Epidemiolog!
-
Cara Mencegah Terserangnya Penyakit Demam Berdarah
-
Bahaya DBD pada Ibu Hamil, Bisa-bisanya Baim Wong Cuma Peduli Anak Bukan ke Paula Verhoeven
-
Cegah DBD, Kemenkes dan Pemprov DKI Sebar Nyamuk Wolbachia di Kembangan
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
Terkini
-
Aset Pemprov Sumsel yang Hilang Selama 73 Tahun Akhirnya Ditemukan
-
Gempa Beruntun Guncang OKU, BPBD Imbau Masyarakat Tetap Tenang
-
Semen Baturaja Raih Penghargaan SNI Award 2024: Bukti Komitmen Kualitas
-
Jalur Pendakian Gunung Dempo Ditutup Sementara, 68 Pendaki Dievakuasi
-
Dukung Pemberdayaan Disabilitas dan Gaya Hidup Sehat, BRI Hadir di OPPO Run 2024