Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 13 Agustus 2021 | 13:55 WIB
Monumen Bung Hatta dan Bung Karno [shutterstock] bung Hatta, bapak berdaulat secara ekonomi

"Istilahnnya serba kecil, lapisan serba kecil. Petani kecil, pedagang kecil sampai usaha kecil," terang Faisal.

Mengetahui ini, akhirnya Bung Hatta atau yang bermula namannya Muhammad Athar ingin mengubah kondisi tersebut.  Ia menerapkan konsep pemikiran yang kemudian disebarluaskannya melalui media-media perjuangan.

"Teori ini kemudian disandingkan dengan muatan lokal, dengan semangat Ki Hajar Dewantara dan hingga pemikiran serikat dagang islam, kala itu yang sedang berkembang," sambungnya.

Baru lahirnya pemikiran Bung Hatta yang mengenalkan keinginan Indonesia agar masuk ke era yang tidak hanya merdeka secara politik, namun juga berdaulat secara ekonomi.

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Bisa Digelar pada PPKM Level 2 dan 3 di Sumsel

Makna berdaulat secara ekonomi ini lah yang kemudian disebut koperasi. Awalnya koperasi itu bernama persekutuan cita-cita. 

"Berbeda dengan firma, PT yang belum ada, dan cendrung persekutuan modal," ujar ia.

Ia menafsirkan koperasi ialah sebuah gerakan menghimpun rakyat yang berserak yang kemudian bersama-sama sejahtera guna menghadapi kapitalisme di perkotaan.

Menurut Bung Hatta, darah dan keringat rakyat, yang berwujud kemakmuran ialah kesejahteraan bersama.

"Sehingga konsep nilai tambah sebuah komoditas itu, dinikmati oleh yang benar-benar berusaha, berkeringat dan berdarah-darah, bersama mewujudkan gerakan," sambung ia.

Baca Juga: Danau Ranau Sumsel Tak Masuk Skala Prioritas Nasional, Ini Alasannya

Ia pun mencontohkan munculnya bank-bank yang ada ialah bank berbentuk koperasi. Misalnya bank-bank pertanian yang berasal dari semangat koperasi pertanian.

Load More