SuaraSumsel.id - Melemahnya pemintaan minyak imbas dari penguncian yang ketat akibat lonjakan virus corona, membuat harga minyak dunia melemah pada perdagangan Senin kemarin.
Mengutip CNBC, Selasa (12/1/2021) minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, ditutup naik 1 sen menjadi 52,25 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent, ditutup turun 33 sen atau 0,6 persen, menjadi 55,66 dolar AS per barel.
"Kekhawatiran baru tentang permintaan karena jumlah kasus virus corona yang sangat tinggi dan pembatasan mobilitas lebih lanjut, ditambah penguatan dolar AS, menghasilkan tekanan jual," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
Baca Juga: Imbas Isu Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Dunia Makin Merangkak Naik
Terlepas dari penguncian nasional yang ketat, Inggris menghadapi minggu-minggu terburuk pandemi, dan di Jerman kasus masih meningkat.
China Daratan mengalami peningkatan infeksi Covid harian terbesar dalam lebih dari lima bulan, kata pihak berwenang, ketika infeksi baru melonjak di Hebei, yang mengelilingi ibu kota, Beijing.
Di Shijiazhuang, ibu kota provinsi tersebut dan pusat penyebaran baru, orang dan kendaraan dilarang pergi, ketika pihak berwenang berupaya mengendalikan penyebarannya.
Apresiasi dolar, didukung harapan lebih banyak stimulus guna mendongkrak ekonomi terbesar dunia itu, juga membebani harga minyak. Minyak dihargai dalam greenback , sehingga dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Pelemahan Senin mengikuti pekan yang kuat bagi harga minyak. Brent dan WTI melesat hampir 8 persen minggu lalu, didukung janji Arab Saudi untuk memangkas output minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret, sebagai bagian dari kesepakatan bagi sebagian besar produsen OPEC Plus guna mempertahankan produksi tetap stabil.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Makin Merangkak Naik Imbas Isu Pemangkasan Produksi
Pemotongan Saudi diperkirakan membawa pasar minyak ke dalam defisit untuk sebagian besar tahun 2021 meski penguncian menekan permintaan, kata sejumlah analis.
Brent bisa naik menjadi 65 dolar AS per barel pada musim panas 2021, kata Goldman Sachs, didorong pemotongan Saudi dan implikasi peralihan kekuasaan ke Demokrat di Amerika Serikat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 1 Detik Jay Idzes Gabung Sassuolo Langsung Bikin Rekor Gila!
- Selamat Tinggal, Kabar Tak Sedap dari Elkan Baggott
- 12 Kode Redeem FF Hari Ini 6 Juli 2025, Emote dan Skin Senjata Spesial Event Faded Wheel
- Siapa Finn Dicke? Gelandang Keturunan Indonesia Incaran PSSI Latihan Bersama Rafael Struick
- Update Harga Honda Vario Juli 2025, Mending Beli Baru atau Motor Bekas?
Pilihan
-
Heboh Nasi Kotak Piala Presiden 2025, Netizen Bandingkan Isi Menu MBG ke Jurnalis Inggris
-
Siap-siap! Hari Ini Dua Emiten COIN dan CDIA dengan Minat Investor Tinggi Lakukan IPO
-
Daftar Harga Tiket Konser My Chemical Romance Jakarta, Presale Mulai 9 Juli
-
5 Rekomendasi HP NFC Murah Terbaru Juli 2025: Dompet Aman, Transaksi Lancar!
-
7 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Harga di Bawah Rp 3 Juta Terbaik Juli 2025, Pasti Terang!
Terkini
-
Ikut Fun Run? Jangan Anggap Remeh, Ini Pentingnya Sepatu Khusus Lari
-
Rekomendasi Sepatu Lari Skechers Beserta Kisaran Harganya, Bisa Untuk Fun Run
-
5 Rekomendasi Sepatu PUMA Asli untuk Lari Beserta Kisaran Harganya, Ringan Dan Empuk
-
5 Desain Garasi Rumah Subsidi yang Bikin Tetangga Iri: Estetis dan Tak Makan Tempat
-
DANA Kaget Lagi Viral! Ini Cara Kilat Klaim Link DANA Kaget Terbaru