Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Rabu, 06 Januari 2021 | 09:16 WIB
Tangkapan layar Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (28/8/2020). (Antara/Syaiful Hakim)

SuaraSumsel.id - Pembagunan sebuah gedung yang diberi nama Grha Megawati, di Klaten Jawa Tengah mendapat sorotan pedas. Dengan berbiaya pembangunan mencapai puluhan miliar, pengamat politik Rocky Gerung heran.

Dikatakan Rocky, sebetulnya sah-sah saja bila kabupaten yang dipimpin oleh seorang Bupati dari kader PDI Perjuangan ini menginginkan nama gedung yang dibangun di wilayahnya bernama demikian.

Megawati patut berbangga seperti yang Rocky bayangkan, namun dia heran karena kesenangan pribadinya itu justru menghabiskan APBD yang merupakan hak rakyat.

Ia heran karena uang yang dipakai untuk membangun berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Baca Juga: Heboh Grha Megawati Telan APBD Rp 61,9 Miliar, Sri Mulyani: Gedungnya Rapi

“Saya bayangkan bahwa ada kebanggaan pada ibu Mega, ya tentu saja itu soal pilihan pribadi,” ujar Rocky Gerung dalam saluran YouTube Rocky Gerung Official, dikutip Hops.id--jaringan Suara.com, Selasa (5/1/2021).

“Tetapi ini pakai APBD yang di dalamnya ada kepentingan dan hak rakyat,” lanjut Rocky..

Rocky menjelaskan permasalahan nama gedung tersebut nantinya bakal muncul ketika Bupati baru di Klaten yang berasal dari partai lain berhasil menang. Artinya, kabupaten berpindah tangan ke partai lain.

Pembangunan gedung Grha Megawati diapreasi oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani. Gedung Grha Megawati dibangun di Kelurahan Buntalan, Klaten Tengah. [Solopos]

Jika Bupati baru yang berasal dari partai lain itu berkuasa, Rocky menilai bisa saja sewaktu-waktu pemerintah daerah mengganti nama gedung dan warna catnya.

“Itu juga sewaktu-waktu bisa bermasalah, karena nanti begitu diganti (warna dan nama gedung), ibu Mega justru nanti tersinggung, ‘kenapa diganti?’. Karena nanti ada Bupati (parpol lain) yang menganggap sudah tak penting lagi itu Megawati,” katanya.

Baca Juga: Gaduh Gedung Grha Megawati Berbiaya Rp 61,9 Miliar, Ini Jawaban Sri Mulyani

Lantas dia pun menyindir sikap kader PDIP yang menjadi Bupati Klaten tersebut.

Bisa saja suatu saat nanti, nama Presiden Jokowi dijadikan sebuah nama jalan lantaran pemimpin daerahnya berasal dari kader PDI Perjuangan.

Menurut Rocky, hal tersebut tak masalah, hanya saja, orang-orang pasti akan berpikir apa pentingnya warisan dan prestasi Jokowi selama memimpin.

“Mestinya, kalau PDIP menang di Klaten ya sudah secara politik dia memang menang di situ. Jadi mau diingat sebagai apa? Toh lima tahun lagi ada perubahan struktur politik. Nanti akan dibikin juga misalnya Jalan Joko Widodo, ya boleh saja tapi nanti orang berpikir legacy-nya apa gitu,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Rocky mengatakan, sewaktu-waktu mungkin bakal ada ide dari pihak yang kesal dengan prestasi Jokowi. Bisa saja mereka mengganti semua nama jalan underpass menjadi nama Jokowi.

Secara tak langsung berarti pemberian nama itu menyindir Jokowi secara tak langsung yang dinilai tidak mampu menyejahterakan rakyatnya.

Rocky Gerung di Mata Najwa. (Youtube/Najwa Shihab)

Rocky pun menghimbau agar tak berlebihan dalam memberi nama sebuah fasilitas publik, apalagi dana pembangunan yang dipakai berasal dari uang rakyat.

“Sewaktu-waktu mungkin, dengan ide yang agak norak karena jengkel dengan prestasi Presiden yang tidak bisa menyejahterakan rakyat, maka semua jalan underpass disebut Joko Widodo itu. Jadi bukan jalan yang di atas, tapi jalan yang di bawah itu masuk jalan gorong-gorong. Kan itu buruk bagi kita? Karena permainan semiotik yang dangkal,” tuturnya.

Sumber: Suara.com

Load More